"Saat hari kedua tes shakedown pace lomba kami ada di sekitar 2 menitan, tapi sekarang kami sudah bisa mencapai 1 menit 59 detik," tandasnya antusias.
Kesempatan berbagi lintasan dengan kompetitor turut dimanfaatkan Acosta untuk belajar. Dia mendapatkan ilmu baru tentang efek slipstream di kelas para raja.
"Cukup baik berada di belakang Jack (Miller) dan beberapa pembalap Aprilia." kata Acosta.
"Ada baiknya bisa mengerti bagaimana angin mempengaruhi saya ketika berada di belakang (pembalap lain)."
"Ketika Anda berada di belakang, Anda mendapatkan slipstream, jadi itu hanya soal memahami hal-hal semacam ini. Namun, tidak untuk jalur balapnya."
"Sebab saya melihat antara pabrikan lain dan GASGAS, jalur balapnya sangat berbeda. Anda harus membalap dengan kepala (berpikir rasional)," tandasnya.
Adaptasi motor, memanfaatkan slipstream sampai perubahan grip menjadi hal-hal baru yang dipelajari Acosta.
Tetapi lebih dari itu, satu hal mengesankan yang muncul dari sosok pembalap 19 tahun itu adalah cara dia menyampaikan feedback kepada para mekanik.
Acosta dinilai punya kematangan dan kejelian dalam menilai apa yang dia rasakan lalu ditransformasikan ke bahasa yang tepat kepada para teknisi.
Ini membuat para kru tim satelit pabrikan asal Mattighofen, Austria, itu menjadi terkagum-kagum.
Hal tersebut disampaikan oleh jurnalis lapangan MotoGP, Simon Crafar, yang sempat berbincang dengan kru tim Tech3.
"Saya berbicara kepada beberapa mekanik Tech3 sebelumnya, dan mereka sangat kagum pada Pedro," ucap Crafar dikutip dari MotoGP.com.
"Bukan hanya karena kecepatannya, tetapi juga dari akurasi feedbacknya. Mereka semua terkesan dengan betapa dewasanya dia untuk anak seusianya," tandasnya.
Baca Juga: Rekap Tes Pramusim MotoGP 2024 - Jorge Martin Melejit, Pedro Acosta Jauh di Depan Marc Marquez
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | MotoGP.com, Crash.net |
Komentar