Itu pun, tidak semua pabrikan tertarik dengan aerodinamika mengingat penerapannya yang tidak mudah terhadap motor-motor yang mereka produksi secara massal.
Meski begitu, pabrikan-pabrikan Eropa seperti Aprilia, Ducati, dan KTM menuai buah dari kerja keras mereka sampai menggeser dominasi pabrikan Jepang dalam peta persaingan.
Hadirnya aero rake pun menjadi pertanda bahwa perang aero di MotoGP telah memasuki tahap yang lebih jauh lagi, ke arah yang sama dengan F1.
Tidak semua orang senang ketika teknologi menjadi penggerak utama dalam kejuaraan.
Secara penampilan, motor MotoGP zaman now makin jauh dari motor pada umumnya karena penambahan winglet di sana-sini serta fairing yang makin rumit.
Selain itu, residu yang dihasilkan peranti aerodinamika mempersulit pembalap untuk menyalip karena penurunan performa dalam pengereman saat berada di belakang rival.
Kehadiran aerodinamika sebagai salah satu peranti pembantu selain elektronik juga membuat peran pembalap dinilai berkurang.
Padahal karakter MotoGP adalah sebaliknya di mana pembalap berpengaruh besar terhadap kesuksesan pabrikan dalam kejuaraan.
Marc Marquez adalah salah satu pembalap yang menentangnya. Wajar, kemampuannya dalam membawa kuda besi melaju hingga melewati batas kini tak lagi berdampak besar.
Kritik terhadap pengembangan aerodinamika kembali dikatakan sang Juara Dunia delapan kali tersebut tepat sebelum dimulainya tes pramusim pada pekan ini.
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | Crash.net |
Komentar