Quartararo meningkatkan catatan kecepatan puncaknya pada hari kedua.
Top speed Quartararo mencapai 338,5 kpj, ini lebih cepat daripada catatan tertinggi saat GP Malaysia musim lalu yaitu 337,5 kpj oleh Martin dan motor Ducatinya.
Quartararo tak lupa menyertakan kredit untuk dua sosok eks mekanik dan kru Ducati yang kini merapat ke Yamaha.
Ada Massimo Bartolini dan Marco Nicotra, yang dirasa Quartararo cukup membantu memperjelas apa saja kelemahan yang harus ditingkatkan Yamaha dan keunggulan yang mesti dimaksimalkan.
Yamaha pelan-pelan menyingkirkan budaya kerja konservatif di tubuh mereka untuk beralih pada metode kerja Eropa yang cepat dan berani mengambil risiko.
"Ada perbedaan besar antara berlomba di posisi 10 besar dengan bisa berada di lima besar secara rutin," kata Quartararo.
"Sekarang kami punya lebih banyak pilihan, tetapi sekarang kami masih belum memiliki motor pemenang."
"Berkat Max (Massimo Bartolini) dan Marco, pekerjaan di tim sekarang seperti hitam dan putih (sangat berbeda) dibandingkan masa lalu."
"Ini bagus untuk Yamaha. Kami tertinggal selama bertahun-tahun dalam elektronik dan itu juga sesuatu yang masih harus kami tingkatkan," tandasnya.
Adapun evaluasi lain yang masih jadi PR untuk Yamaha, masih seputar grip. Yang mana, hal ini juga dirasakan rekan setim baru Quartararo, Alex Rins.
"Sudah menjadi ciri khas Yamaha bahwa motor tidak memiliki cengkeraman bila kondisinya buruk," ujar Quartararo.
"Alex Rins pun menyadari hal ini. Setiap kali lintasan hanya memiliki grip rendah, kami benar-benar tertinggal jauh," tandasnya.
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | Speedweek.com |
Komentar