Perpindahan pemain dari satu negara ke negara lain memang relatif mudah di bulu tangkis dan tidak perlu melibatkan alih status kewarganegaraan.
Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) mengatur bahwa pemain terbebas dari yuridiksi salah satu anggota mereka (PBSI untuk Indonesia) jika tinggal di negara lain selama 12 bulan.
Sesudah itu, pemain berhak mendaftar turnamen individu melalui federasi dari negara tujuan mereka, dalam hal ini Asosiasi Tenis Meja dan Bulu Tangkis UEA.
Dan, setelah tiga tahun menjadi pemain terdaftar dari sebuah federasi, pemain bisa tampil dalam turnamen beregu internasional bersama negara asal federasi yang dimaksud.
Periode tiga tahun ini juga berlaku sejak terakhir kali mereka memperkuat negara asal dalam turnamen antar-negara yang resmi, event sirkuit seperti BWF World Tour tidak termasuk.
Di antara mereka hanya Nuraini yang pernah memperkuat tim Merah Putih dalam ajang yang dimaksud, tepatnya dalam Kejuaraan Asia Junior 2018.
Diaspora Indonesia dalam jagat bulu tangkis memang bukan pemandangan yang asing. Mereka pun tak hanya melancong untuk bermain melainkan juga untuk melatih.
Imam Adi Kusuma adalah salah satu contohnya. Bahkan dia telah melatih di Uni Emirat Arab sejak masih berusia 19 tahun.
"Di sana masih belum (berkembang), bulu tangkis masih baru. Orang-orang sana baru mulai suka lah," ujar Imam dalam interviu di acara Sapa Indonesia Kompas TV pada 2015.
Kendati masih dalam tahap berkembang, Negeri Para Emir ini nyatanya menjadi destinasi bagi pemain-pemain top dunia karena fasilitas yang dimiliki.
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | Kompas TV, Badmintonasia.org, sportstar.thehindu.com |
Komentar