Akan tetapi, hanya tunggal putri kedua, Ester Nurumi Tri Wardoyo, yang mampu selamat dari tekanan lawan yakni Busanan Ongbamrungphan, mantan pemain 10 besar dunia.
Ester, belum genap berusia 20 tahun dan belum tampil secara rutin di turnamen BWF World Tour, tampil spartan untuk mempertahankan keunggulan yang telah dibangunnya.
"Di awal, saya masih mencari-cari bentuk pola permainan. Tetapi setelah kedudukan 6-6, saya sudah mulai dapat bentuk permainannya," kata Ester dalam siaran pers dari PBSI.
"Saya bisa mengontrol permainan, meskipun lawan juga tidak gampang dimatikan. Jadi saya harus lebih tahan dan sabar."
"Setelah menang di gim pertama, di gim kedua saya bisa tampil lebih percaya diri. Saya pun bisa lebih enak bermain. Saya tahu bagaimana cara bermainnya."
Kemenangan Ester sempat memunculkan harapan bagi Indonesia.
Pasangan dadakan, Amalia Cahaya Pratiwi/Rachel Allessya Rose, mampu mengimbangi Benyapa Aimsaard/Nuntakarn Aimsaard, yang kini menduduki peringkat 13 dunia.
Kembali, di momen krusial, pengalaman berbicara. Setelah tiga kali menggagalkan game point lawan, Tiwi/Rachel tumbang 22-24 lalu kembali takluk pada gim kedua.
"Kami sebenarnya juga tidak mau kalah," kata Allessya yang biasanya tampil bersama Meilysa Trias Puspitasari.
"Mental mereka lebih bagus dibanding kami. Banyak pelajaran yang bisa didapatkan dari sini," tambah pemain yang tahun lalu memenangi Odisha Masters Super 100.
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | PBSI |
Komentar