Berbagai cara sudah dilakukan, termasuk seperti menguji knalpot baru yang lebih panjang untuk meningkatkan penyaluran tenaga, dengan harapan dapat mengoptimalkan kinerja dengan ban lunak baru selama serangan waktu (time attack). Tapi, hasilnya nihil.
Saat mengejar waktu, M1 Yamaha juga sering lebih dulu mencapai batasnya ketika motor tim lain masih bisa melakukan hal lebih. Ini juga yang membuat Quartararo merasa seakan tak bisa melakukan apa-apa lagi di atas lintasan.
"Cengkeraman ban belakang adalah salah satu masalah utama. Saya berada di belakang Enea Bastianini dalam simulasi sprint dan saya bisa lihat banyak hal yang mereka (Ducati) lakukan jauh lebih baik daripada kami," ujar Quartararo dikutip BolaSport.com dari Speedweek.
"Pada saat tertentu, motor kami tidak berfungsi lagi (sudah mentok). Tapi saya yakin kami masih punya ruang untuk berkembang," kata Quartararo berusaha tetap yakin.
"Tapi kami harus menemukan hal-hal yang bisa memberi kami lebih banyak cengkeraman. (Soal knalpot) itu tidak terlalu memberi kami banyak cengkeraman."
"Knalpotnya memiliki beberapa sisi positif dan negatif, tapi saya memutuskan untuk tetap menggunakannya."
Hal-hal semacam ini memang makin lama bisa membuat rasa optimisme Quartararo bisa memudar.
Meski begitu, dia enggan putus asa. Pembalap asal Prancis itu masih percaya pada Yamaha. Hanya saja, tidak untuk 3-4 bulan ke depan.
Menurut Quartararo, sampai pertengahan musim, mungkin Yamaha akan tetap stagnan.
Kehadiran insinyur eks Ducati Massimo Bartolini dan Marco Nicotra juga mungkin baru bisa dirasakan pada paruh kedua. Mungkin.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | Speedweek.com |