All England Open merupakan turnamen bulu tangkis bersejarah sekaligus prestisius. Sebelum ada Kejuaraan Dunia, juara All England dianggap sebagai juara dunia di jagat tepok bulu.
Kelolosan Ginting ke final makin bernilai karena dia menyudahi penantian panjang tunggal putra Indonesia ke final All England Open setelah lebih dari dua dekade.
Terakhir kali tunggal putra Indonesia punya wakil di All England adalah pada edisi 2002 silam alias sudah 22 tahun lamanya.
Wakil terakhir itu adalah Budi Santoso yang kala itu berhasil mencapai final All England Open 2002 dengan mengandaskan Lin Dan (China) yang masih belia.
Sayangnya, kala itu Budi Santoso harus puas jadi runner-up setelah pada final dia kalah melawan wakil China lainnya, Chen Hong.
Adapun untuk Ginting, peluangnya untuk meraih prestasi lebih baik masih terbuka.
Jika ditelisik lebih jauh, Indonesia bahkan belum pernah menjadi juara All England di tunggal putra sejak Hariyanto Arbi pada 1994. Tiga puluh tahun.
Apabila menjadi juara, Ginting sekaligus melampaui prestasi senior sekaligus mentornya sendiri di SGS PLN yaitu Taufik Hidayat.
Di antara deretan medali emas Olimpiade, Kejuaraan Dunia, Asian Games, Kejuaraan Asia, hingga Thomas Cup, Taufik tidak berhasil membawa pulang trofi All England Open ke dalam koleksinya.
Taufik sejatinya menembus final All England lebih cepat daripada Ginting.
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar