BOLASPORT.COM - Turnamen Indonesia Open 2024 akan kembali digelar di Istora Senayan, Jakarta. Sebelumnya, PBSI mengatakan bahwa turnamen BWF World Tour Super 1000 tersebut akan digelar di Indonesia Arena.
Setelah kembali ke Istora Senayan, Jakarta, Pihak Pusat Pengelolaan Komplek Gelora Bung Karno (PPK GBK) mengatakan tidak ada perubahan yang dilakukan menjelang turnamen tersebut.
"Istora Senayan tetap masuk jadwal perawatan kami. Kami melakukan review kondisi dari lantai Istora sehingga kami lakukan perbaikan total," kata Direktur Umum PPKGBK, Hadi Sulistia ditemui di Jakarta kemarin.
"Perbaikan sedang kami lakukan dan targetnya kemungkinan akan selesai dalam waktu sebulan dan saat Indonesia Open 2024 sudah siap."
"Istora punya history dengan bulu tangkis dan PBSI. Jadi, kami banyak berkoordinasi dengan mereka supaya speknya sesuai dengan kebutuhan dari event."
Menurut Hadi, di Indonesia Arena masalahnya bukan dari masalah daya listrik.
"Tetapi anglenya. Jadi dari warna, angle, ketinggiannya, termasuk angle dari penontonnya. Bukan sekadar dayanya arena lighting atas memengaruhi," ucap Hadi.
"Sebenarnya untuk setiap event selalu unik, bahkan untuk di Istora mereka instal tambahan. Jadi, secara teknis bisa dilakukan, tetapi mungkin untuk detailnya PBSI lebih paham."
"Kalau pengecekan sudut pandangnnya bisa dilakukan. Namun pertimbangannya masih banyak. Untuk bulu tangkis, lampunya tidak bisa dipindah-pindah."
"Karena itu, bagian ring sejajar dengan lapangan. Untuk Indonesia Open meminta lima lapangan sehingga ring lampu harus turun sedikit ke bawah."
Baca Juga: Teror Cedera Mengintai Ratu Bulu Tangkis Dunia, An Se-young Akui Lututnya Masih Sangat Sakit
Hadi menjelaskan bahwa yang dibutuhkan PBSI adalah penambahan ring untuk lampu.
"Ada sekitar 12 ring yang turun naik karena lampu yang ada di Istora semua akan dimatikan.
Dengan lampu lapangan sendiri kalau luxnya sudah melebihi standar internasional," ucap Hadi,
"Kapasitasnya kami kecilkan pun bisa, tetapi karena terlalu tinggi anglenya, PBSI maunya di bawah 9 -10 dari bawah (lantai). Kalau dari suhu itu sudah aman."
"PBSI bukan tidak yakin dengan peralatan tali temali. Namun, beban atapnya tak bisa sampai 8-12 ton, termasuk lampu di dalamnya. Itu yang tak bisa diakomodir kemarin."
Hadi mengatakan bahwa di Indonesia Arena, pihaknya bermasalah dengan penambahan beban lampu dari atap ke bawah.
"Itu butuh 12 rigging karena maunya 4 lapangan. Saat FIBA World Cup kami menambah rigging di atas. Itu buat ambiance dan broadcast. Bebannya kami uji beberapa kali," kata Hadi.
Terkait untuk venue laga persahabatan antara Indonesia All Star dan Red Sparks, Hadi mengatakan bahwa pihak Red Sparks tidak memiliki permintaan khusus karena daya lampunya masih bisa dipakai untuk melempar bola."
"Biasanya kalau kontruksi itu kami ada toleransi 2 kali lipat. Cuma ya mungkin kalau 12 itu besar," ujar Hadi.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar