Satu putaran berselang giliran mantan Bayi Alien, Marc Marquez (Gresini Racing), yang harus rela disalip oleh titisannya sendiri.
Korban Si Hiu dari Mazarron belum berakhir karena saat balapan menyisakan lima lap dia mampu menyusul sang Juara Bertahan, Francesco Bagnaia (Ducati Lenovo).
Apa rahasianya?
"Saya hanya merasa nyaman saat menyalip," kata Acosta seperti dilansir BolaSport.com dari Speedweek.com.
"Feeling di ban depan dan kepercayaan diri saat menyalip mengingatkan saya pada masa-masa saat masih di kelas Moto3 dan tahun-tahun saya di Red Bull Rookies Cup," imbuhnya.
Acosta mendapatkan promosi cepat ke MotoGP setelah merebut dua gelar juara dunia hanya dalam waktu tiga tahun yaitu Moto3 (2021) dan Moto2 (2023).
Kecepatan bukan satu-satunya kualitas Acosta. Satu hal yang paling membuatnya diyakini punya potensi besar adalah kedewasaannya.
Berdasarkan feedback dan komentarnya, para kru tim KTM pun merasa Acosta adalah pembalap yang memang memiliki bakat istimewa.
Selain itu, kedewasaan dan sikapnya yang hangat dengan selalu menyalami semua kru setiap kali kembali ke garasi juga membuat suasana tim menyenangkan.
Kerja keras kru tim menjadi salah satu faktor yang membuat Acosta ingin membayarnya dengan hasil apik pada balapan.
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | Speedweek.com |
Komentar