"Orang sering bilang kami tidak akur," kata Takuto Inoue dikutip BolaSport.com dari Badminton Spirit.
"Tetapi, sebenarnya kami sering ngobrol sebelum pertandingan," ujarnya.
Inoue juga menyampaikan bahwa apa yang terlihat di depan publik tak sepenuhnya menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi.
Juara German Open 2018 itu malah mengaku masih sering menonton pertandingan Kaneko bersama Matsutomo sampai sekarang.
"Dan saya pun masih menonton sebagian besar pertandingan Kaneko bersama Matsutomo," ujar Inoue.
Pertandingan terakhir Takuto Inoue di level internasional adalah Malaysia International Challenge 2023. Di sana, dia berhasil jadi juara bersama Masayuki Onodera.
Adapun karier profesionalnya di level domestik masih sempat terlihat pada Kejuaraan All Japan pada Februari lalu.
Dia dan Onodera terhenti di semifinal. Saat itu, Onodera sempat menangis, dan Inoue pun ikut menangis. Banyak cerita yang tersimpan pada akhir karier Inoue, termasuk soal pemasangan dia dengan Onodera.
Pada dasarnya, Inoue adalah pemain depan, sama seperti Onodera.
Tetapi Inoue menyadari bahwa keputusan dia dipasangkan dengan Onodera adalah untuk membantu sang junior mengasah keahlian di lini depan.
Otomatis, Inoue yang harus mengalah dan belajar menjadi pemain belakang sebagai penggebuk dengan belajar pada seniornya, Hiroyuki Endo yang juga sudah pensiun lebih dulu dan sekarang jadi pelatih ganda putra Jepang.
"Saya sebenarnya ingin bermain di lini depan. Tetapi duet saya bersama Onodera dimaksudkan untuk mendukung dia dalam meningkatkan kekuatan serangannya di area depan," jelasnya.
Selama berkarier internasional, Takuto Inoue telah mengemas enam gelar juara dan 11 runner-up.
Termasuk medali perak Kejuaraan Dunia Junior 2023, runner-up China Masters 2017, Japan Open 2017, Indonesia Open 2018 dan Canada Open 2022.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | badspi.jp |
Komentar