Percaya atau tidak, belum ada tunggal putri Merah Putih yang mampu untuk sekadar merebut medali di Kejuaraan Asia sejak Silvi Antarini menyabet perak pada 2003.
Di antara sektor-sektor lainnya, Indonesia mengalami kekeringan terpanjang di tunggal putri pada Kejuaraan Asia.
Sementara di ganda putri, para pemain Tanah Air diharapkan bisa melanjutkan tren bagus dengan selalu lolos ke final dalam tiga turnamen terakhir.
Pasangan paling senior, Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti, jelas tak mau kalah setelah belum kembali ke performa puncak setelah absen lama karena cedera.
Sementara di ganda campuran, tensi persaingan juga tinggi karena sekaligus menentukan kelolosan ke Olimpiade Paris 2024.
Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari harus mempertahankan posisi mereka dari tekanan wakil Singapura, Hee Yong Kai Terry/Tan Wei Han Jessica.
Dua rekan senegara, Dejan Ferdinansyah/Gloria Emanuelle Widjaja dan Rehan Naufal Kusharjanto/Lisa Ayu Kusumawati, juga masih punya kans walau syaratnya sangat berat.
Indonesia juga mengharapkan tiket Olimpiade lain untuk diperebutkan oleh ganda putra, Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana.
Fikri/Bagas terpaut 1 anak tangga dari peringkat delapan besar dalam Race to Paris untuk menemani Fajar/Rian ke Olimpiade Paris 2024.
Akankah Kejuaraan Asia 2024 membuahkan pencapaian manis lainnya bagi Indonesia?
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | Badmintonasia.org |
Komentar