Namun, Enrique juga mengeluhkan soal kebiasaan pemain menyia-nyiakan peluang.
Terlepas dari upaya yang dimentahkan tiang/mistar dan penampilan luar biasa kiper Dortmund, Mbappe dkk sangat payah dalam memanfaatkan kesempatan.
Angka 16 kali tembakan meleset dari sasaran menjadi bukti rendahnya tingkat akurasi maupun konversi peluang mereka sebagai faktor penting penyebab kekalahan.
Fakta bahwa PSG mencatat penguasaan bola sampai 70 persen juga menunjukkan dominasi yang mereka tunjukkan hanya berujung mubazir.
Baca Juga: Apes Banget, PSG Gagal Lolos Final Liga Champions Gara-gara Tiang Gawang
"Pertama-tama, perasaan utama adalah kesedihan. Kami tak bisa mengatakannya dengan cara lain," kata Enrique setelah klubnya gugur.
"Kami tidak inferior dalam dua pertemuan."
"Sepak bola adalah permainan yang bisa membuat penasaran, terkadang tidak adil."
"Kami tak bisa mencetak gol walau punya 31 tembakan."
"Tapi Anda memenangkan pertandingan dengan mencetak gol, bukan menembak tiang/mistar gawang," ujarnya dikutip dari laman UEFA.
Statistik tidak mengenakkan ikut menyertai gugurnya Paris Saint-Germain.
PSG tercatat sudah 14 kali membidik mistar/tiang gawang sepanjang pergelaran Liga Champions musim ini.
Jumlah tersebut merupakan rekor terbanyak di pentas ini dalam 20 tahun terakhir!
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | UEFA.com |
Komentar