"Apresiasi kepada penggemar saya juga yang dari awal tahun sebenarnya tidak bagus-bagus amat. Kalah babak pertama, babak kedua. Jadi, tidak mudah melewati proses itu."
Berkaca dari hasil Thomas Cup 2024, Jonatan mengatakan bahwa kekuatan tim negara-negara peserta sudah merata.
"Denmark bisa kalah dari Taiwan, Taiwan bisa masuk semifinal. Jadi, menurut saya rata semua pemain, setiap negara itu tunggal pertama dan kedua, ganda juga siapa pun bisa menang," ucap Jonatan.
"Menurut saya, hal yang wajar dan bagus untuk bulu tangkis juga. Mungkin untuk tim Indonesia perlu juga untuk menambah lagi dan berbenah. Tapi, saya rasa tidak banyak yang harus dibenahi hanya sedikit saja."
Jonatan juga menjadikan perang mental saat final sebagai simulasi menuju Olimpiade Paris 2024.
"Saya pernah bilang ada beberapa turnamen besar yang saya jadikan simulasi untuk pertandingan Olimpiade karena saya tahu semua pemain akan hadir, semua pemain mau menang. Itu yang mirip dengan Olimpiade," ujar Jonatan.
"Pertama saya bilang kepada psikolog pribadi saya terus bang Aboy (pelatih tunggal putra, Irwansyah) juga cerita. Jadi, memang saya punya beberapa turnamen."
"Memang saya rasa (Thomas Cup) ini memang menjadi simulasi untuk Olimpiade. Makanya kemarin di final dengan kondisi seperti itu."
"Itu adalah simulasi yang paling bagus untuk saya ketika pressure itu ada, ketika harapan itu ada. Ketika rasanya itu benar-benar ada di pundak saya."
"Itu justru menjadi Latihan yang bagus untuk Olimpiade. Kondisi itu saya coba terapkan Waktu sebelum masuk ke lapangan saat final lawan China."
Jonatan selanjutnya akan berpartisipasi pada Singapore Open 2024 (Super 750, 28 Mei-2 Juni) dan Indonesia Open 2024 (Super 1000, 4-9 Juni).
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar