BOLASPORT.COM - Media top asal Kota Barcelona, Sport.es, membeberkan sejumlah kontroversi yang dinilai menguntungkan Real Madrid di Liga Champions.
Kelolosan Real Madrid ke final Liga Champions 2023-2024 tak bisa dipisahkan dari kontroversi.
Los Blancos menyingkirkan Bayern Muenchen dengan kemenangan dramatis di Santiago Bernabeu, Rabu (8/5/2024).
Pada duel semifinal leg kedua, Madrid menang comeback 2-1 atas wakil Jerman setelah dua gol larut Joselu menebus lesakan awal Alphonso Davies.
Perdebatan sengit muncul karena laga berakhir dengan bumbu insiden wasit Szymon Marciniak membatalkan gol Matthijs de Ligt.
Momen tersebut krusial menentukan hasil laga karena terjadi pada menit ke-90+12.
Lewat tiga menit dari batas maksimal injury time, gol De Ligt bisa membuat skor 2-2 jika disahkan dan membawa pertandingan ke extra time.
Namun, klaim offside dijatuhkan untuk De Ligt atau Noussair Mazraoui saat menyambut umpan Joshua Kimmich yang mengawali proses gol itu.
Masalah besarnya, kekacauan muncul karena wasit Szymon Marciniak dinilai terlalu buru-buru meniup peluit sebelum tendangan akhir De Ligt menyarangkan bola ke gawang.
Baca Juga: Pahlawan Real Madrid ialah Bomber Tumpul Berharga Recehan, Ancelotti: Joselu Striker Fantastis!
Marciniak terpengaruh aksi hakim garis Tomasz Listkiewicz, yang mengangkat bendera di tengah kemelut sengit yang sedang terjadi.
Padahal, wasit bisa membiarkan laga tetap berlangsung dalam situasi pengambilan keputusan sedetail ini.
Baru setelah gol terjadi, perangkat pertandingan dapat meninjau ulang melalui VAR guna memutuskan keabsahannya.
VAR diperlukan lantaran margin offside antara De Ligt dan Mazraoui dengan bek Madrid, Antonio Ruediger, tidak jelas atau sangat tipis.
Walhasil, karena peluit sudah keburu ditiup sebelum gol, VAR tak bisa digunakan untuk menentukan keputusan.
Oleh Sport, portal berita yang kerap diklaim sebagai media corong rival bebuyutan Madrid, FC Barcelona, insiden itu disebut skandal masif dan perampokan terhadap Bayern.
Mereka juga mengompilasi sejumlah kontroversi yang menguntungkan Real Madrid dalam perjalanan di Liga Champions, terutama ketika berujung raihan trofi.
1. Final Liga Champions 1997-1998
Momen pertama yang diinvestigasi ialah gol tunggal Predrag Mijatovic yang memenangkan Madrid atas Juventus di final 1998.
Mijatovic disebut dalam posisi offside saat meneruskan tembakan (atau umpan) rekannya yang sempat membentur Mark Iuliano.
Wasit bergeming dan tetap mengesahkan gol yang memberikan Madrid gelar nomor 7 di panggung akbar ini.
Predrag Mijatović scored the winning goal for #RealMadrid in the 1998 #UCL final against #Juventus. #HalaMadrid #RMA pic.twitter.com/FTn3suypw0
— Classic Football (@classic_1863) January 19, 2016
2. Perempat final 2014-2015
Gol penentu kemenangan Chicharito ke gawang Atletico Madrid tidak dipermasalahkan.
Namun, sebelum itu kubu Atleti merasa dirugikan dengan kartu merah bagi Arda Turan akibat melanggar Sergio Ramos.
Ramos dinilai bereaksi berlebihan karena kontak yang terjadi dengan Turan sangat minim.
Gol dramatis Chicharito pada menit ke-88 meloloskan Madrid ke semifinal, tapi diakui Carlo Ancelotti bahwa kartu merah Turan sangat memengaruhi hasil laga.
3. Final 2015-2016
Kembali Derbi Madrid dihiasi kontroversi pekat pada panggung lebih tinggi di final 8 tahun silam.
Kedua tim bermain imbang 1-1 sampai akhir babak extra time hingga Sergio Ramos cs juara lewat adu penalti.
Gol Ramos di babak pertama jelas offside, bahkan diakui sendiri oleh wasit laga tersebut, Mark Clattenburg, empat tahun kemudian.
Clattenburg admits error of Ramos goal in Champions League final in Milan.
Clattenburg was the man who took charge of the Champions League final between Real Madrid and Atletico Madrid in Milan now four years after the game he admitted that Real Madrid's goal was offside. pic.twitter.com/1DYDDxRtoO
— Max Stéph (@maxstephh) April 23, 2024
"Saya tahu (itu offside), tapi hakim garis tidak memberi tahu saya," katanya.
Clattenburg juga alpa memberikan sanksi handball ketika tembakan Griezmann mengenai tangan Ramos di dalam kotak penalti.
Dalam momen lain, wasit menunjuk titik putih setelah Torres dilanggar Pepe, tapi eksekusi Griezmann memantul kena mistar.
Penalti Griezmann seharusnya diulang karena ada 3 pemain Madrid yang mendahului masuk area dan kiper Keylor Navas juga bergerak maju dari garis.
4. Perempat final 2016-2017
"Kami telah dirampok. Saya tak pernah melihat hal seperti ini selama 40 tahun."
Ucapan petinggi klub sekaligus legenda top Bayern, Karl-Heinz Rummenigge, menggambarkan kekecewaan besar akibat banyaknya insiden merugikan Die Roten.
Bayern kalah secara tragis 2-4 lewat babak tambahan waktu, di mana tiga gol Madrid dicetak pada masa extra time.
Namun, ada dua gol yang dibuat Cristiano Ronaldo tampak offside dan diakui sendiri oleh mantan kapten mereka, Marcelo.
"Saya kira begitu. Saya bilang, 'Ya Tuhan'. Saya melihat hakim garis, dan dia berlari (tanpa mengangkat bendera), lalu saya 'ahh' (lega)," katanya.
Selain itu, Bayern juga merasa diperlakukan tidak adil ketika Casemiro lolos dari sanksi kartu merah, sedangkan Arturo Vidal begitu mudah diusir wasit.
5. Babak 16 besar-final 2017-2018
Perjalanan Los Blancos juara pada edisi ini disisipi kontroversi dari fase ke fase.
Pada babak 16 besar, ada klaim penalti mereka yang diperdebatkan saat mengalahkan PSG.
Di perempat final, gol telat Ronaldo yang menyingkirkan Juventus lewat eksekusi penalti menit ke-98 berasal dari insiden tumbangnya Lucas Vazquez, yang disebut terjatuh duluan sebelum badannya ditendang kaki Mehdi Benatia.
Puncaknya saat final, di mana aksi 'judo' Ramos yang menjatuhkan Mo Salah berakibat bintang Mesir mengalami cedera bahu dan Liverpool kehilangan dia sejak menit 31'.
Sementara itu, Ramos malah lolos dari hukuman, tidak kartu merah maupun kuning sekalipun.
6. Babak 16 besar, semifinal 2023-2024
Pada leg 1 babak 16 besar di markas RB Leipzig, ada momen gol tuan rumah yang dianulir wasit, padahal beberapa opini menyatakan semestinya itu sah.
Keputusan tersebut sangat memengaruhi kelolosan Madrid sampai final sejauh ini karena mereka hanya menang agregat 2-1 atas wakil Jerman itu.
Pada semifinal, lagi-lagi klub Jerman jadi korban dengan Bayern Muenchen sebagai pihak yang merasa dirugikan.
Dalam insiden gol tidak sah De Ligt, wasit Marciniak dan asistennya yang sama-sama asal Polandia dikritik karena tidak menerapkan hal sama pada gol kedua Joselu.
Untuk gol Joselu yang juga berbau offside, mereka memutuskan buat menunggu sampai bola bersarang ke gawang Manuel Neuer, tidak buru-buru meniup peluit seperti kasus De Ligt.
Akibatnya, wasit punya kewenangan untuk meninjau ulang VAR. Sempat menilainya offside, Marciniak akhirnya mengesahkan gol tersebut.
Beda halnya dengan kasus De Ligt, di mana VAR tidak bisa lagi berlaku secara regulasinya.
Bein Sports berinisiatif memakai teknologi sendiri guna menentukan garis offside.
Hasilnya, Mazraoui ternyata berdiri sejajar dengan Ruediger sedangkan ada sedikit bagian bahu, lutut, dan jari kaki De Ligt yang melewati garis.
Dalam kondisi itu, De Ligt lebih condong offside, tetapi dia baru menerima bola ketika terjadi second ball setelah sundulan Ferland Mendy yang menghalau umpan Kimmich disambar Thomas Mueller.
Even if it was offside, this wasn't the reason Bayern lost the game,
Bayern Munich lost the game because they were sloppy defensively, and Tuchel made bad decisions
— 90+5 FC (@90plus5FC) May 9, 2024
Umpan Mueller itu yang kemudian diteruskan tendangan De Ligt ke gawang.
Namun, karena wasit telanjur meniup peluit, pergerakan awak Madrid ikut terpengaruh sehingga Andriy Lunin serta Eder Militao terlihat sedikit mengendur.
Terlepas dari nantinya offside atau tidak, Thomas Tuchel menganggap keputusan Marciniak dan asistennya melanggar semua aturan.
Setidaknya, pihak Bayern bisa berharap mendapatkan kepastian vonis melalui VAR.
"Ini terasa seperti pengkhianatan. Hakim garis sudah meminta maaf, tapi itu tak membantu. Sungguh keputusan buruk. Ini bencana," kata Tuchel.
Editor | : | Beri Bagja |
Sumber | : | Marca.com, Sport.es, Mundodeportivo.com, beIN SPORTS |
Komentar