"Coach Shin segera meluncurkan revolusi pemuda untuk membangun kembali Seongnam, membawa tim keluar dari krisis kinerjanya. Pemain lama dan bergaji tinggi masuk daftar hitam," tulis Tienphong.
Sang-sik kemudian hengkang dari Seongnam ketika memasuki usia 30 tahun.
Ia mengungkapkan kekecewaan karena harus terbuang dari klub yang membesarkannya tersebut.
Sang-sik lantas menerima tawaran Jeonbuk Hyundai yang ditangani oleh Choi Kang-hee.
"Saat itu, saya baru saja tersingkir oleh Seongnam, dan Pelatih Choi menekankan kepada saya bahwa dalam dunia sepak bola, sangat perlu membangun budaya memperlakukan pemain bagus dengan baik," kata Sang-sik dikutip dari Tienphong.
"Saya suka ide itu. Pelatih Choi juga mengatakan bahwa di Jeonbuk, pemain kunci tidak pernah ditolak, lalu mengundang saya ke sana untuk membantu membangun tim," imbuhnya.
Saking frustasinya, Sang-sik sampai mengecam tak ingin memberi ampun untuk Seongnam.
"Saya tidak akan pernah melawan Seongnam," ucap eks bek dan gelandang bertahan timnas Korea tersebut.
Shin Tae-yong justru menjadikan hal tersebut motivasi dalam karier perdananya sebagai pelatih utama.
"Bagus dia mengatakan itu. Hal ini memberi kami tekad yang lebih besar untuk selalu menciptakan penampilan bagus saat menghadapi Jeonbuk," tegas Shin Tae-yong kala itu.
STY memang telah memberikan perubahan besar pada Seongnam dengan menghadirkan gelar juara Piala AFC 2010 dan Piala Korea 2011.
Menarik ditunggu pembalasan dendam Kim Sang-sik yang dibuang Shin Tae-yong ketika di Seongnam Ihwa.
Keduanya paling cepat bisa bertemu di ajang Piala AFF 2024 yang digelar di penghujung tahun ini.
Editor | : | Nungki Nugroho |
Sumber | : | Tienphong.vn |
Komentar