Meski demikian, Martin punya alasan untuk tidak buru-buru untuk menyalip Bagnaia walau jarak keduanya sejatinya selalu rapat.
Dengan berada di belakang Bagnaia, Martin menghangatkan temperatur ban depannya. Karena cuaca Le Mans cenderung dingin, situasi ini justru menghadirkan keuntungan.
"Saya percaya diri di belakangnya dan dengan tujuh atau delapan lap tersisa, saya mengatakan sudah waktunya untuk bergerak," ujar Martin.
"Saya mencoba untuk pertama kalinya tetapi kurang baik. Saya sedikit melebar sehingga ia bisa menyerang balik, tetapi kali kedua saya melakukannya dengan sempurna."
"Saya mengambil risiko dengan mengerem lebih keras," tutur Martin.
Martin mengatakan situasi setelah berhasil mengudeta Bagnaia tidak mudah. Balapan yang panjang telah menguras tenaganya saat dituntut menjaga ritme yang tinggi.
Musuh Martin bukan cuma Bagnaia. Duelnya dengan Bagnaia memberi kesempatan bagi Marquez untuk membayangi dari posisi ketiga.
Pada dua lap terakhir Martin sempat membuat kesalahan di tikungan zig-zag pertama. Untungnya, dia dapat memblokir jalur Bagnaia yang mencoba menyelinap.
Kemenangan Martin menjadi pesan yang jelas bagi Ducati tentang siapa yang harus mereka rekrut untuk musim depan.
Setelah memperpanjang kontrak Bagnaia, Ducati sedang menimbang-nimbang rekan setimnya di antara tiga nama yaitu Martin, Marquez, dan Enea Bastianini.
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | Crash.net |
Komentar