"Saya mendekati Garage Vert (Tikungan 6) dengan sangat baik dan saat mengerem saya sadar lebih cepat daripada yang lain," kata Acosta dilansir dari Speedweek.
"Saya pikir pembalap di depan saya mengerem lebih awal. Saya kemudian menyadari bahwa ruangnya tidak akan cukup."
"Karena saya tidak ingin merusak balapan untuk orang lain di sekitar saya, saya mengerem terlalu keras pada roda depan dengan celah yang sempit di belakang Aleix."
"Jaraknya sangat dekat, mungkin hanya sejengkal, untungnya saya terjatuh sendirian."
"Begitulah terkadang, apa yang kami lakukan adalah permainan yang konstan mencapai batas dan di situlah saya kalah," ujar Acosta.
A gutting mistake from @37_pedroacosta! ????
He was fingertips away from taking 3rd ????????#FrenchGP ???????? pic.twitter.com/WpTjGUH7wg
— MotoGP™???? (@MotoGP) May 12, 2024
Sikap sopan Acosta bisa dibilang berbeda dengan Marc Marquez, sosok jawara balap yang sering dibanding-bandingkan dengannya.
Ledakan Acosta dengan menjadi juara dunia dalam debutnya di Moto3 dan mampu merengkuh dua gelar juara dalam tiga musim membuatnya segera disebut sebagai titisan Marquez.
Namun, insiden yang dialami pada GP Prancis memperlihatkan bahwa Acosta lebih menurunkan ego-nya saat menghadapi situasi yang rumit.
Sementara itu, Marquez dikenal sebagai pembalap yang tanpa kompromi ketika berhadapan dengan rival-rivalnya di lintasan.
"Sebagai pembalap di lintasan, saya seorang bajingan," kata Marquez, mengekspresikan ambisi yang besar, dalam serial dokumenter "Marc Marquez: All In", dilansir dari Crash.net.
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | Speedweek.com |
Komentar