"Kami menang atas Israel pada penentuan 8 besar, babak empat besar menang lawan Kanada yang merupakan finalis di Bintan. Pemain Kanada posturnya sampai 2 meter 15 cm."
"Blockernya tinggi sekali Jadi ada strategi sendiri dan kami bisa menerapkan. Sofian yang main nervous jadi ngos-ngosan padahal latihannya sudah berat."
"Dari situ dia bisa mengatasi dengan suasana di lapangan ada dan timbul. Saya bilang ke Bintang, kamu leader-nya bisa bawa tim ini. Kamu nervous, semuanya hilang."
"Alhamdulillah dia bisa memimpin tim karena Bintang lebih senior dari Sofian. Dari situ saya tekankan di final, ini waktunya kamu kapan lagi mencetak sejarah untuk memberi motivasi mereka."
"Meski bukan psikolog, tetapi dari pengalaman bertanding berharga sekali bagi saya untuk menerapkan ke anak-anak. Dari situ, saya tidak menyangka juga juara."
Andy berharap pada penentuan tike Olimpiade timnas Indonesia yang menjadi perwakilan zona Asia Tenggara bisa tampil seperti saat di Wuhan.
Baca Juga: PBVSI Ungkap Alasan Kembali Kirim Skuad Muda pada AVC Challenge Cup 2024
"Semoga untuk penentuan tiket Olimpiade bisa berjalan seperti yang diharapkan. Pesertanya hampir sama minus Kanada dan Brasil. Kemarin tim yang tidak ada itu Iran karena permainan Iran itu hampir sama dengan Indonesia," tutur Andy.
"Tetapi, secara postur mereka menang. Pasangan ini (Bintang/Sofian) baru dibentuk sejak Februari. Danang masuk tim Indonesia 2 pasangan dengan Yosi. Kalah dengan Israel.
"Semoga Danang dan tim kedua bisa mengikuti karena model pertandingan seperti SEA Games format beregu. Jika skor sama, ada Golden match untuk penentuan juara, jadi butuh tenaga ekstra."
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar