"Saya memahami apa yang membuat saya bertahan dan sekarang saya akan bilang alasannya."
"Itu semua karena proyek yang sedang berjalan dan cara orang-orang di Yamaha bekerja," tuturnya.
"Tentu saja faktor finansial memang ada, tapi itu hanya alasan kecil dari semua hal baik yang saya perhatikan (di Yamaha), yang lebih dari sekadar janji," kata Quartararo.
Upaya dan keseriusan pabrikan berlogo garpu tala itu untuk bangkit dari keterpurukan memang tak main-main.
Yamaha berusaha membuka diri dari metode kerja ala Jepang menjadi lebih ke Eropa, mengikuti perkembangan yang ada dan tidak gengsi untuk menarik orang-orang ahli termasuk beberapa mantan insinyur Ducati.
Termasuk menunjuk Massimo Bartolini yang kini jadi Direktur Teknis Yamaha sejak 9 Januari 2014 lalu.
Quartararo pun memahami bahwa perubahan yang diusahakan Yamaha tidak bisa secepat kilat. Butuh waktu setidaknya satu atau dua tahun.
"Kami dikejar waktu, kami butuh waktu satu tahun. Pada musim depan mungkin saya pikir kami sudah akan berada dalam posisi yang berbeda dari sekarang," ucap Quartararo.
"Kami bisa mulai berbicara seperti dulu (saat jaya) dan tidak lagi bertanya apakah bisa setidaknya lolos Q2, dan mungkin bisa mencapainya lebih sering daripada sekarang."
Sedangkan ketika ditanya tentang perbandingan Yamaha dan Honda, Quartararo tidak mau membicarakan soal itu. Dia ingin fokus pada dirinya dan Yamaha sendiri.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | Paddock-GP.com |
Komentar