BOLASPORT.COM - Bulu tangkis Jepang sedang melalui periode stagnan karena belum membuahkan prestasi luar biasa seperti empat tahun lalu.
Setelah 20 tahun kerja keras, pelatih kepala timnas bulu tangkis Jepang asal Korea Selatan, Park Joo-bong, kembali ke era pra-kemerdekaan dengan Asosiasi Bulu Tangkis Jepang membatalkan beberapa sesi pelatihan tim nasional.
Proses pembatalan dilakukan secara bertahap dan hanya menjadi formalitas. Park terus terang mengatakan bahwa memenangi medali pada Olimpiade Paris 2024 akan sulit untuk dilakukan.
Park Joo-bong meraih medali emas bulu tangkis ganda putra bersama Kim Moon-soo pada Olimpiade Barcelona 1992.
Sejak mengambil alih tim bulu tangkis Jepang pada 2004, Park secara bertahap memimpin tim untuk bangkit dan menjadi tim yang kuat.
Park dikenal sebagai Dewa Bulu Tangkis. Pada Olimpiade Rio 2016, Park Ju-bong
dibantu Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi meraih medali emas ganda putri.
Siklus Olimpiade Tokyo dari 2017 hingga 2020 merupakan periode puncak
bulu tangkis Jepang.
Secara khusus pada musim 2018, pebulu tangkis Jepang termasuk di antara sepuluh besar dunia pada lima nomor individu, bahkan ada lima ganda putri Jepang masuk jajaran 10 besar dunia.
Kala itu, tim Jepang juga kokoh di posisi teratas dengan raihan 46 gelar World Tour sepanjang tahun ini jauh melebihi 33 titel tim bulu tangkis China.
Meski kuat pada lima nomor, Jepang sebagai tuan rumah bernasib tragis karena hanya mendapat satu medali saja dari Yuta Watanabe/Arisa Higashino (ganda campuran) dengan medali perunggu pada Olimpiade Tokyo 202.
Baca Juga: Hasil Australian Open 2024 - Putri KW Susul Komang dan Ester, Tunggal Putri Indonesia Masih Komplet
Sekarang hanya dalam beberapa tahun, tim bulu tangkis Jepang mulai mengalami penurunan.
Sebagai pelatih kepala, Park Joo-bong punya banyak keluhan. Park adalah tokoh kunci yang mempromosikan pengembangan bulu tangkis di Jepang.
Bulu Tangkis Jepang menerapkan sistem klub dan pemain dulunya bertahan di bulutangkis klub di bawah naungan berbagai perusahaan besar.
"Sebelum saya datang ke Jepang, hanya ada tim bulu tangkis paruh waktu,
pelatih dari klub, dan di sana tidak ada pelatih penuh waktu," ucap Park dilansir dari Aiyuke.
"Saat akan berpartisipasi dalam turnamen internasional, pelatih paruh waktu ini dibayar setiap hari sesuai dengan standar pelatih tim nasional."
"Suasana pada saat itu adalah selama kami berpartisipasi pada kompetisi internasional, ternyata tidak masalah jika kami kalah dan pemain tidak memiliki motivasi memenangkan gelar bagi negara."
"Saya dulu terkejut dengan situasi saat itu. Singkatnya, terlalu banyak
hal-hal yang perlu diubah. Bukan saja tidak ada pelatih, tidak ada tempat pelatihan, dan para pemain dan pelatih tidak memiliki kesadaran yang cukup."
"Saya dengar, tim bulu tangkis Jepang hanya berlatih empat kali setahun sebelumnya. Biasanya hanya selama 3-4 hari sebelum kompetisi penting atau para pemain dilatih di klub masing-masing."
"Selanjutnya mereka berkumpul di bandara untuk pergi ke kompetisi bersama. Begitu kompetisi internasional selesai, para pemain akan langsung bubar dan kembali rumah."
Yang mengejutkan Park Joo-bong, tim bulu tangkis nasional Jepang pada saat itu tidak memiliki tempat berlatih tetap.
Jika mereka ingin berlatih, mereka harus membuat reservasi di luar aula bulu tangkis atau gymnasium Universitas.
Setelah Park mengambil alih, dia mulai membangun tim pelatih, menugaskan pelatih untuk tunggal putra, tunggal putri, ganda putra, ganda putri, dan ganda campuran.
Pada saat yang sama, dia meningkatkan jumlah dan durasi sesi latihan, membuat para pemain hebat, pelatihan lebih kompetitif dan memastikan kualitasnya.
Yang terpenting, dia memecahkan sistem klub dan membuat pemain menyadari hal itu begitu mereka bergabung dengan tim nasional, mereka utuh dan tidak ada lagi pemain dari mereka klub asli, dan harus mendengarkan pengaturan staf tim nasional.
Namun, tim bulu tangkis Jepang tampil buruk pada Olimpiade Tokyo dan selama periode tersebut ditemukan adanya korupsi di antara anggota staf Asosiasi Bulu Tangkis Jepang.
Pada Olimpiade Paris 2024, Jepang memotong anggaran investasi bulu tangkis secara drastis dan bahkan membatalkan pemusatan latihan timnas bulu tangkis.
Kondisi ini membalikkan keadaan seperti 20 tahun lalu dalam semalam. Tidak mengherankan jika hal itu membuat prestasi bulu tangkis Jepang anjlok.
Apalagi Kento Momota pensiun setelah kecelakaan mobil, Akane
Yamaguchi dan Arisa Higashino terluka cedera.
Di bawah masalah internal dan eksternal, Park sangat marah sebab kerja keras yang telah dia lakukan lseama 20 tahun terbuang percuma.
Dia mengatakan bahwa jika pelatihan tim nasional bulu tangkis Jepang tidak dilaksanakan sesuai rencana, sulit untuk memenangkan medali apa pun pada Olimpiade Paris 2024.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | aiyuke.com |
Komentar