"Pada laga ini kami kembali beradaptasi kembali," kata Taufik, yang baru tampil bareng Rinjani Kwinara Nastine di ajang beregu, dalam keterangan melalui PBSI.
"Masih belum terasa nyaman mungkin karena sebelumnya bermain di nomor beregu jadi membuat kami harus kembali beradaptasi dalam melakukan pola penyerangan."
Clairine juga tidak puas. "Kami masih bermain di bawah standar. Kami seharusnya bisa tampil menekan sejak awal dan memegang kendali permainan," katanya.
Pertandingan pertama memang tidak berjalan dengan mudah.
Tak hanya pemain-pemain ganda karena harus membangun chemistry, para pemain tunggal juga mengalami tantangan yang sama.
Tunggal putra, Zidane Cahyo Nugroho, harus angkat koper setelah takluk dari wakil Uni Emirat Arab, Bharath Latheesh, dengan skor 13-21, 13-21.
Telat panas menjadi penyesalan pemain berusia 17 tahun itu karena menjadi satu-satunya tunggal putra Tanah Air yang tersisih.
"Bermain di level internasional sangat berbeda atmosfernya dengan kompetisi lokal," ucap Zidane.
"Saya merasa terlambat panas di awal laga, hal itu turut membuat lawan nyaman bermain sehingga saya kesulitan keluar dari tekanan."
"Saya harus menambah endurance untuk bisa bersaing di level internasional. Tampil di turnamen ini juga membutuhkan fokus yang lebih."
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | PBSI |
Komentar