Namun, pihak ofisial Tim China masih meminta tata laksana lebih lanjut sehingga korban dipindah ke RSUP Dr. Sardjito dan tiba dalam kondisi tidak bernapas.
Zhang kembali menerima penanganan resusitasi jantung paru selama 1,5 jam. Sayangnya, tidak ada respons sirkulasi spontan yang diharapkan.
Pada pukul 23.20 WIB, Juara Asia Junior U-17 itu dinyatakan meninggal dengan penyebab henti jantung mendadak.
Asosiasi Bulutangkis Jepang menyoroti setelah Zhang Zhi Jie terjatuh, tim China melalui pelatihnya pelatih bergegas ke lapangan pertandingan.
Tetapi, wasit yang bertugas tidak mengizinkannya melangkah lebih jauh untuk memahami kondisi atlet. Tim medis yang masuk arena tidak membawa defibrillator eksternal (AED) otomotis.
Tim medis juga tidak melakukan kardiopulmoner resusitasi (CPR) dan tindakan darurat kepadanya sehingga menyia-nyiakan waktu emas 4 menit yang kemungkinan bisa menyelamatkan nyawanya.
PBSI menjelaskan bahwa staf medis harus mendapatkan izin dari wasit untuk memasuki venue pertandingan. Aturan ini juga dikritik oleh banyak penggemar.
Banyak orang membandingkan kejadian ini dengan pengalaman bintang sepak bola Denmark, Christian Eriksson pada Euro 2020 menunjukkan bahwa Eriksson juga tiba-tiba jatuh ke lapangan dan pingsan.
Staf medis segera tiba dan melakukan defibrilasi CPR dan AED yang mendapat pujian sebagai model pertolongan pertama yang menyelamatkan nyawanya dari kematian hingga 1.100 hari kemudian.
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | aiyuke.com |
Komentar