Ini juga menjadi torehan sejarah Olimpiade, karena untuk pertama kalinya nomor ganda putra akan diikuti 17 pasangan, bukan 16 seperti biasanya.
Kesalahan hitung BWF tersebut nyatanya tidak terjadi pada Corvee/Labar, beberapa pasangan termasuk wakil Indonesia Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri diketahui juga sebenarnya terimbas.
Salah satu contohnya, saat di ajang Badminton Asia 2024, Bagas/Fikri menjadi unggulan delapan dalam hitungan baru. Padahal, pada mulanya, Bagas/Fikri berada di posisi unggulan ke-9.
Posisi Bagas/Fikri yang dikejar, alih-alih mengejar, membuat tekanan kepada mereka menjadi lebih kuat. Pada ajang itu, Bagas/Fikri kalah di babak pertama.
"Kesalahan perhitungan yang dilakukan BWF secara langsung tidak hanya merugikan pasangan Indonesia, khususnya Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri, tetapi juga seluruh pasangan yang bertarung di Road to Paris 2024," kata Sekretaris Jenderal PP PBSI M. Fadil Imran di Jakarta, Jumat (12/7).
BWF sendiri masih bungkam atas hasil banding Corvee/Labar ke CAS hingga terpaksa menunda hasil undian nomor ganda putra yang sehrunya dihelat pada Jumat (12/7/2024) sore WIB tadi.
Seandainya BWF benar-benar mengabulkan apa yang diminta IOC dan CAS, maka dengan adanya 17 pasangan ganda putra, pembagian grup akan ganjil.
Satu dari empat grup akan berisi lima pasangan, yang otomatis membuat para kontestan di dalamnya lebih kerja keras karena akan bertanding sebanyak empat kali.
"Jika nanti Fajar Alfian/Muhamad Rian Ardianto masuk ke grup itu (yang berisi lima pasangan), maka mereka akan bertanding empat kali di fase grup. Ini sangat merugikan karena ada penambahan satu pertandingan," kata Fadil.
Fadil menegaskan bahwa PBSI sangat beraksi keras atas kesalahan fatal BWF selaku induk organisasi bulu tangkis dunia.
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | PBSI |
Komentar