BOLASPORT.COM - Managing director Yamaha, Lin Jarvis, membeberkan pengalaman memiliki rider hebat dalam diri Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo.
Dalam perjalanannya, seluruh tim di kelas utama MotoGP tentu ingin memiliki line-up atau susunan pembalap yang sempurna untuk berprestasi.
Hal itulah yang dilakukan oleh Ducati untuk menjaga dominasinya yang sudah berjalan dalam dua tahun ini bersama Francesco Bagnaia.
Pada MotoGP 2025 mendatang, pabrikan asal Italia tersebut dipastikan memiliki kekuatan mengerikan setelah resmi mendatangkan Marc Marquez.
Pembalap berjuluk Baby Alien itu akan menjadi tandem dan berada di sisi Bagnaia sebagai rekan sekaligus rival pertama yang wajib dikalahkan.
Situasi garasi Ducati diyakini berpotensi panas lantaran kedua pembalap tersebut memiliki label sebagai juara dunia.
Bagnaia adalah juara kelas utama dalam dua musim terakhir, sedangkan Marquez sudah merajai kelas ini sebanyak enam kali.
Jika tidak ditangani dengan baik, ego kedua rider tersebut sangat berpeluang bisa menghancurkan Ducati dari dalam.
Ya, memiliki dua rider hebat acap kali juga membawa tantangan tersendiri untuk menjaga ekosistem sebuah tim balap agar tetap kondusif.
Tidak jarang ego yang sama-sama tinggi itu membuat kondisi garasi memanas, setidaknya hal itulah yang pernah dirasakan oleh Yamaha.
Sebelum Marquez datang dan menghadirkan matahari kedua bagi Ducati, tim berlogo garpu tala tersebut sudah melaluinya.
Yamaha sempat memiliki dua matahari dalam diri Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo pada musim 2008 hingga 2009 dan 2013 sampai 2016.
Rossi dan Lorenzo benar-benar menghadirkan rivalitas internal yang melampaui batas wajar di mana garasi Yamaha terbagi dua.
Panasnya persaingan dua rider itu membuat pabrikan asal Iwata, Jepang tersebut sampai membangun tembok di garasi mereka sendiri.
Hal itulah yang coba diungkapkan oleh Lin Jarvis sebagai petinggi Yamaha soal kedatangan Marc Marquez ke Ducati.
Pria asal Inggris tersebut benar-benar dituntut untuk jeli dalam mengelola ego dari Rossi dan Lorenzo yang berambisi menjadi juara dunia.
"Ada banyak orang yang penuntut, banyak ego besar dalam kejuaraan ini," kata Lin Jarvis, dilansir BolaSport.com dari Crash.
"Tapi Anda perlu untuk menjadi juara dunia, itulah realitanya."
"Hal yang sangat menantang saat bersama Rossi dan Lorenzo pembagian dalam pitbox," imbuhnya.
Meski memiliki sisi negatif, memiliki dua rider hebat yang mampu menciptakan rivalitas internal juga berdampak baik bagi tim itu.
Sejalan dengan tensi panas Rossi dan Lorenzo yang haus akan kemenangan, Yamaha pada saat itu menjadi tim yang dominan.
Mereka tak ubahnya berada dalam puncak kejayaan di balik ketegangan yang dibuat oleh Rossi dan Lorenzo pada saat itu.
"Namun, saat itu adalah masa-masa kemenangan kami dan mendapatkan triple crown," kata Lin Jarvis.
"Pada akhirnya, saya akan selalu memilih dua pembalap yang tangguh daripada dua pembalap yang mudah," imbuhnya.
Editor | : | Agung Kurniawan |
Sumber | : | Crash.net |
Komentar