BOLASPORT.COM - Mantan pembalap MotoGP, Casey Stoner, mengungkapkan perlakuan tidak menyenangkan pernah dialaminya saat masih menjadi rival Valentino Rossi.
Tak butuh waktu lama bagi Stoner menjadi penantang gelar juara sejak menjalani debutnya pada musim MotoGP 2006.
Stoner membalap untuk tim satelit Honda LCR dengan catatan yang cukup impresif karena sering finis pada posisi lima besar dan hasil podium di GP Turki.
Pembalap asal Australia itu bahkan sudah meraih pole position hanya dalam balapn keduanya di kelas para raja.
Musim berikutnya, Stoner mendapatkan kesempatan dengan menjadi pembalap tim pabrikan Ducati.
Stoner benar-benar menunjukkan potensinya dengan Desmosedici GP.
Terkenal dengan kecepatan luar biasa di lintasan lurus, dia berhasil menjadi juara dunia dengan torehan 10 kali kemenangan dan 4 podium lainnya dari 18 seri balap.
Stoner menjadi ancaman bagi Valentino Rossi yang masih diselimuti rasa penasaran setelah tren 5 gelar juara dunia beruntunnya terputus pada 2006
Baca Juga: Marc Marquez Bisa Bikin Ribet Ducati, Ego Valentino Rossi dan Jorge Lorenzo Diungkit Bos Yamaha
Keberhasilan Stoner menjadi juara juga menyebabkan The Doctor gagal menjadi juara dalam dua musim berturut-turut.
Stoner harus menghadapi konsekuensi bahwa menghadapi Rossi dengan pamornya yang tinggi bukan pekerjaan mudah.
Dia mengungkapkan bahwa perlakuan kurang menyenangkan didapat karena dirinya dianggap sebagai orang jahat.
"Valentino sangat penting di semua jenis media," kata Stoner dalam podcast Ducati Diaries seperti dilansir dari AS.com.
"Mereka (media) tidak bisa memasukkan saya ke dalam 'daftar hitam' mereka, jadi mereka menjadikan saya sebagai penjahat."
"Kadang-kadang orang yang tidak begitu ramah mendapatkan pemberitaan buruk seperti ini," kata The Kuri-Kuri Boy.
Stoner tidak berniat mengikuti jejak Rossi sebagai media darling.
Baca Juga: Update MotoGP 2024 - Marc Marquez Dkk Balapan 2 Kali di Kandang Valentino Rossi Sebelum ke Mandalika
Stoner mengakui bahwa Rossi memang memiliki pesona yang luar biasa dalam sejarah grand prix.
Meski begitu, Stoner tetap dalam pendiriannya bahwa kehadirannya di MotoGP adalah hanya untuk balapan.
"Saya tidak ingin mengikuti jejak Valentino. Itu adalah kepribadiannya dan itu fantastis untuk olahraga ini," kata Stoner.
"Mungkin saya seharusnya berpura-pura bodoh, tetapi saya tidak seperti itu. Saya tidak mencari perhatian, saya hanya ingin berkendara," ujarnya.
Jika berbicara karakter individu, Stoner lebih menyukai Dani Pedrosa yang juga cenderung kalem.
Pedrosa menjadi rekan setim terakhir juara dunia MotoGP dua kali itu sebelum pensiun dini di usia 27 tahun pada 2012.
"Dia (Pedrosa) adalah salah satu orang yang menjalin persahabatan dengan saya di luar dunia balap," ucap Stoner menuturkan.
"Terlepas dari persaingan kami, saya hanya memiliki rasa hormat kepadanya dan dia hanya menunjukkan rasa hormat bagi saya," ujarnya.
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | AS.com |
Komentar