BOLASPORT.COM - Marc Marquez cuci tangan dengan rencana perpisahan Ducati dengan tim satelit mereka, Pramac Racing, meski secara langsung bersingunggan dengan manuvernya dalam bursa transfer.
Pramac Racing akan mengakhiri kerja sama dengan Ducati setelah 20 musim beruntun menjadi tim satelit bagi pabrikan Borgo Panigale di MotoGP.
Kepindahan Pramac menjadi salah satu efek domino dari saga transfer Marc Marquez ke Ducati pada MotoGP 2025.
Penolakan Marquez terhadap tawaran agar pindah ke Pramac dengan iming-iming motor pabrikan membuyarkan rencana ideal Ducati untuk sebuah jalan tengah.
Ducati awalnya berharap mempromosikan Jorge Martin sebagai rekan setim baru Bagnaia dan memagari Marquez dengan kontrak pabrikan di tim Pramac.
Pramac akhirnya memilih untuk menerima pinangan dari Yamaha.
Ketika ditanya perannya dalam perceraian antara Ducati dan Pramac, Marquez merasa dirinya tidak punya andil apa-apa.
"Saya tidak merasa bersalah soal Pramac meninggalkan Ducati, itu karena saya tidak melakukan apa-apa," kata Marquez, dilansir dari Autosport.com.
Baca Juga: Amunisi Yamaha Melemah di MotoGP Inggris 2024, Pembalap Penguji Andalan Mundur
"Memang benar sebagai pembalap Ducati saya ingin mereka bertahan, karena artinya dua motor lebih banyak di trek, lebih banyak informasi dan mereka adalah tim yang penting di Ducati."
Kemitraan Pramac dengan Ducati sebenarnya terjalin dengan sangat baik sampai-sampai mereka juga berperan sebagai tim junior untuk calon pembalap Ducati berikutnya.
Empat pembalap Pramac akhirnya mendapatkan promosi ke tim pabrikan yaitu Andrea Iannone (2015), Danilo Petrucci (2019), Jack Miller (2021), dan Francesco Bagnaia (2021).
Pramac juga menjadi satu-satunya tim yang selalu dipasok dua paket motor pabrikan oleh Ducati sejak musim 2020.
Namun, semuanya akan berakhir pada musim ini setelah Pramac menerima tawaran dari Yamaha yang 'menjomblo' dengan tim pabrikan saja sejak 2023.
Disinyalir bahwa tidak adanya sosok pembalap yang kompetitif dari Ducati menjadi salah satu alasan Pramac untuk lebih memilih janji manis dari Yamaha.
Sejak akhir musim lalu Pramac sudah dipastikan akan kehilangan jagoan setelah Jorge Martin mengultimatum Ducati agar merekrutnya atau dirinya membelot ke pabrikan lain.
Ducati lantas mencoba untuk mencari jalan tengah dengan mempromosikan Martin dan sebagai gantinya memberi Pramac seorang Marc Marquez.
Juara Dunia delapan kali tersebut diiming-imingi dukungan berupa motor pabrikan di Pramac, peningkatan dari motor Ducati lama yang diterimanya di Gresini.
Namun, Marquez dengan tegas menolak.
"Pramac itu tim yang bagus, mereka punya potensi yang bagus seperti yang ditunjukkan Martin tapi itu bukan opsi bagi saya," ucap Marquez kepada MotoGP.com pada Mei lalu.
Dalam wawancara setelah rencana kepindahannya ke Ducati diumumkan, Marquez menjelaskan bahwa dirinya tidak ingin pindah ke tim satelit lainnya.
Alasannya, dia menghargai Gresini sebagai tim yang memberinya kesempatan kedua setelah krisis berkepanjangan bersama Honda.
Kini, Marquez mencoba menyodorkan keuntungan bagi MotoGP dari kepindahan Pramac ke skuad pabrikan garpu tala.
Setidaknya, pembagian tim satelit menjadi lebih seimbang.
Dalam tiga musim terakhir Ducati memiliki tiga tim satelit sendiri ketika pabrikan lainnya cuma punya dua atau tidak sama sekali.
Memiliki tim satelit makin menjadi kebutuhan di MotoGP karena kesempatan tes dan latihan bebas yang lebih sedikit.
Dengan memiliki motor yang lebih banyak di lintasan, pabrikan bisa mengumpulkan lebih banyak data dalam satu waktu untuk pengembangan.
"Sebagai penggemar MotoGP, saya pikir ini adalah berita yang bagus. Di sisi lain, secara pribadi, saya lebih memilih dua motor Ducati lebih banyak di lintasan," kata Marquez.
"Namun, bagi penggemar itu adalah langkah yang normal bahwa salah satu tim Ducati pindah ke Yamaha."
"Begitu juga bagi kejuaraan untuk memiliki empat motor pabrikan Jepang dan dua motor lebih sedikit dari pabrikan Italia."
Editor | : | Ardhianto Wahyu Indraputra |
Sumber | : | autosport.com |
Komentar