"Ketika datang ke sini pada usia 20 tahun, kita tahu apa itu MotoGP, tetapi tidak tahu apa yang sedang terjadi," ucap Marquez mengenang, dilansir dari Speedweek.com.
"Kita hanya mengandalkan naluri alami. Kita bertarung melawan nama-nama besar dan tidak akan kehilangan apa-apa jika kalah."
Persaingan dengan para juara dunia membuat Marquez berkembang.
Perbekalannya makin komplet untuk bisa mengatasi kompetisi yang bisa begitu kejam bagi pihak yang kalah. Enam gelar juara dunia dalam tujuh musim menjadi buktinya.
Adapun sekarang, Marquez melihat pembalap-pembalap, seperti Francesco Bagnaia, Jorge Martin, dan Pedro Acosta semata-mata hanya mengandalkan naluri alami untuk menang.
"Saat ini, para pembalap muda datang dengan ritme yang berbeda, tanpa cedera, dan dengan naluri alami," kata Marquez.
"Ketika saya berada di belakang Acosta, Martin atau bahkan Bagnaia, mereka membalap secara alami. Terkadang mereka tidak banyak memikirkan motornya."
"Itu bisa menjadi sesuatu yang positif. Saya mengerti bahwa ini adalah proses alami dalam kehidupan setiap atlet."
"Bukannya 'Marquez lebih baik dari Lorenzo dan Rossi saat dia tiba'. Saya memang lebih baik pada tahun itu."
"Namun, setiap atlet memiliki momennya masing-masing. Dan ketika mencapai puncak, kita harus bekerja lebih keras dan lebih keras lagi untuk membuat penurunannya lebih landai."
Editor | : | Ardhianto Wahyu |
Sumber | : | Motosan.es, Speedweek.com |
Komentar