Namun, akurasi tim panahan Indonesia goyah sementara China selalu meningkat di paruh kedua pada setiap setnya.
Sebuah nilai 5 pada awal set ketiga meruntuhkan kans Indonesia.
Mengutip Kompas.id, Syifa, yang melepaskan anak panah itu, merasa teknik dan gerakannya sudah sesuai arahan dan latihan.
Pelatih tim panahan Indonesia, Denny Decko, menyebut perubahan kondisi angin setelah set pertama memang membingungkan.
"Teknik sudah dapat, sudah enak, di seri yang kedua angin datang cukup kencang. Tenang, tenang, tahu-tahu whoosh, datang," kata Denny.
"Perkenaan anak panah tidak sesuai. Mereka koreksi di panah berikutnya malah tambah jauh. Itu malah membuat mereka kebingungan."
Denny memaparkan, jam terbang akhirnya berbicara ketika menghadapi kondisi angin yang berubah.
"Setelah mengetahui angin seperti itu, mereka (China) berani mengambil keputusan," terangnya.
China merupakan lawan yang paling diwaspadai karena mengalahkan Korea Selatan dua kali di final seri Piala Dunia musim 2024.
Akan tetapi, di final Paris 2024 China harus mengakui keunggulan Korea Selatan meski bangkit dari ketertinggalan skor set 0-4 untuk memaksakan shoot off.
Editor | : | Ardhianto Wahyu |
Sumber | : | kompas.id, Olympics.com |
Komentar