Tanpa beralasan apapun, sang penantang utama perebutan medali emas yang harus pulang lebih dini itu mengakui kekalahannya.
"Lawan saya bermain sangat baik dan pada dasarnya saya yang didikte oleh lawan yang mana itu membuat saya tidak nyaman," ungkap Shi Yu Qi dikutip BolaSport.com dari Aiyuke.
"Meskipun saya tertinggal jauh, sebenarnya saya masih berusaha mencari cara untuk mengejar ketertinggalan. Namun, lebih sulit kalau keadaan sudah tertinggal."
"Saya telah berlatih keras mempersiapkan Olimpiade ini. Sekarang apa yang harus saya lakukan? Ya sudah terima saja," tandasnya.
Kegagalan di Paris ini membuat Shi mengulang kembali kegagalan dia saat debut di Olimpiade Tokyo 2020.
Saat itu, Shi juga kalah di babak delapan besar setelah tumbang dari Axelsen.
Namun, kekalahan Shi kali ini lebih berdampak bagi martabat bulu tangkis China, khususnya di nomor tunggal putra.
Sebab, dia menjadi harapan terakhir untuk meraih medali setelah kompatriotnya Li Shi Feng malah gugur lebih dulu. Peraih emas Asian Games 2022 dan Juara All England Open 2022 itu kalah di babak 16 besar dari Loh Kean Yew (Singapura).
Akibat torehan kegagalan mereka, untuk pertama kalinya China harus menderita keterpurukan prestasi tunggal putra di ajang Olimpiade dalam 20 tahun terakhir.
Sebelumnya, sejak Olimpiade 2008 sampai Tokyo 2020, nomor tunggal putra China setidaknya selalu berhasil membawa pulang medali, apapun warnanya.
Editor | : | Agung Kurniawan |
Sumber | : | Aiyuke |
Komentar