Jauh sebelum memberanikan diri berlatih panjat tebing melalui kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, perjuangan Veddriq lebih tak disangka.
Dahulu belum ada yang bisa membayangkan bahwa panjat tebing bisa dipertandingkan secara resmi di Olimpiade.
Belum lagi sarana dan prasarana untuk latihan kekuatan tangan dan kaki dengan rangkaian footholds dan handholds juga masih sulit didapatkan.
Veddriq bahkan pernah berlatih dengan kayu sisa yang dia gergaji sendiri.
Kayu tersebut merupakan sisa dari kayu-kayu milik sang ayah, Sumaryanto, yang bekerja sebagai tukang kayu.
"Kakak saya menggergaji dan membuat sendiri bahan-bahannya (untuk latihan, red)," ucap Violita Equada, adik Veddriq.
Tak heran jika tekad Veddriq, yang memang suka memanjat sejak kecil, juga sempat ditentang sang ibunda, Rosita.
Bukan tanpa sebab Rosita melarang Veddriq menggeluti panjat-memanjat. Dia awalnya berharap Veddriq fokus kuliah, lalu menjadi guru atau pegawai bank.
Latihan pun harus dijalani Veddriq secara diam-diam di sekitar rumah.
Namun, Rosita menyebut ada kalimat Veddriq yang akhirnya meluluhkan hatinya dan mengizinkan satu-satunya anak laki-laki dari lima bersaudara itu menggeluti panjat tebing dengan serius.
Editor | : | Ardhianto Wahyu |
Sumber | : | kompas.id |
Komentar