Tahun lalu, volimania dimanjakan dengan deretan prestasi positif.
Sebut saja hattrick emas oleh Timnas putra di SEA Games Kamboja, final pertama di AVC Club Championship oleh Bhayangkara Presisi, hasil runner-up oleh Timnas putri di AVC Challenge Cup, hingga ledakan Megawati Hangestri Pertiwi di Korea.
Fokus voli Indonesia tidak lagi di Asia Tenggara melainkan Asia, setidaknya untuk timnas putra yang jadi King of ASEAN berkat hattrick di SEA Games.
Akan tetapi, realitanya bak jauh panggang dari api. Tahun ini publik justru dipaksa mengelus dada ketika ekspektasi sudah meninggi.
Kekecewaan makin meninggi karena Timnas tak pernah tampil dalam kondisi maksimal kendati waktu persiapan yang mepet bukan isu baru.
Di AVC Challenge Cup, Indonesia menurunkan timnas senior rasa junior karena didominasi pemain muda dan tanpa satu pun pemain berpengalaman.
Kabar baiknya, bibit-bibit baru muncul karena pengalaman tanding di level internasional.
Sejarah berusia 35 tahun bahkan kemudian terulang ketika timnas U-20 putra berhasil lolos ke Kejuaraan Voli Dunia U-21 yang akan dihelat tahun depan setelah digembleng di Challenge Cup.
Kabar buruknya, jalan timnas Indonesia ke pentas internasional tertutup satu.
Untuk ajang tahunan Volleyball Nations League, tidak ada lagi 'jalan pintas' berupa Challenge Cup yang terakhir dihelat tahun ini.
Editor | : | Ardhianto Wahyu |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar