Di Aragon, kondisi yang mendorong peluang Marquez ke angka mendekati 100 persen datang yaitu permukaan aspal yang penuh tanda tanya.
Aspal baru Sirkuit Aragon yang mengalami peremajaan belum sepenuhnya siap dipakai sehingga level daya cengkeram alias grip-nya di bawah normal.
"(Jumat pagi) kondisinya sangat buruk," ungkap Manajer Balap Motor Michelin, Piere Taramasso, dilansir dari GPOne.com.
"Belum ada bekas karet di aspalnya, ada debu, aspal, dan minyak. Ada banyak pembalap yang mengatakan kepada kami lintasannya sangat sulit untuk dilalui."
Saat pembalap lain kesulitan, Marquez justru bersinar hingga selalu menjadi yang tercepat sejak latihan bebas pertama hingga balapan, minus pemanasan karena memilih bersantai.
Kondisi yang sulit memungkinkannya untuk lebih mengandalkan kemampuannya daripada tenaga motornya. Kata kuncinya adalah adaptasi.
Pada 2020 jurnalis veteran MotoGP sekaligus eks pembalap, Mat Oxley, menulis dalam kolomnya di Motorsport Magazine bahwa kemampuan adaptasi ini yang menjadi senjata Marquez.
Satu peristiwa yang membuatnya kagum terjadi pada MotoGP Prancis musim 2013, balapan di lintasan basah yang pertama bagi Marquez di kelas para raja.
Marquez hanya butuh delapan lap untuk mencetak waktu lap tercepat meski akhirnya finis di posisi ketiga. Julukan Bayi Alien makin sahih di sana.
Periode empat gelar beruntun Marquez yang dimulai pada 2016 dan terputus karena cedera parah pun terjadi setelah perubahan teknis yang menuntut kemampuan adaptasi lebih.
Editor | : | Ardhianto Wahyu |
Sumber | : | GPOne.com, Motorsportmagazine.com |
Komentar