Mereka berangkat ke laga semifinal dengan sikap relaks dan tenang. Tidak berambisi menang yang terlalu berlebihan, alias nothing to lose.
"Menurut saya, Fikri/Daniel berada dalam posisi yang lebih tertekan. Mereka ingin mengalahkan kami lagi," kata Goh Sze Fei kepada BWF.
"Sedangkan kami bermain dengan relaks dan menjalani laga dengan sikap nothing to lose."
"Kunci dari kemenangan kami adalah komunikasi bagus kami di lapangan," kata Goh.
Permainan Goh/Nur tidak dipungkiri memang semakin padu dan jauh lebih terstruktur dan mematikan ketika mereka dalam mode menyerang.
Padahal, ini adalah masa-masa mereka sudah keluar dari pelatnas BAM (Asosiasi Bulu Tangkis Malaysia).
Namun, kedisiplinan tampaknya telah membantu mereka untuk tetap menjaga kualitas permainan dalam latihan yang dilakukan.
Hal ini terbukti dari kecepatan Goh/Nur yang tidak melambat walau sekarang tempat latihan mereka jauh lebih terbatas karena sudah berstatus sebagai non-pelatnas.
Izzuddin mengatakan bahwa mereka sangat mewaspadai gaya permainan Fikri/Daniel yang memang sudah jadi ikon style ganda putra Indonesia, yakni first three shots alias tiga pukulan pertama setelah servis.
Karena Fikri/Daniel unggul di area tersebut, maka Goh/Nur mencoba untuk bermain dengan lebih cepat.
"Fikri/Daniel unggul dalam tiga pukulan pertama (setelah servis), jadi kami fokus menggunakan kecepatan kami untuk mengejutkan mereka," jelas Izzuddin.
"Sejak menjadi pemain independen, saya rasa permainan kami tidak banyak berubah. Hanya saja kami fokus pada rotasi dan strategi pertandingan," katanya menambahkan.
Baca Juga: China Open 2024 - Malaysia Lebih Baik Saat Indonesia 0 Wakil di Final, China Paling Gila
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | NST.com.my |
Komentar