BOLASPORT.COM - Ada fenomena aneh Liga 1 2024/25 berhenti jauh sebelum timnas Indonesia bermain dan dimulai sesaat setelah hari pertandingan tim Garuda.
PSSI dan PT LIB memberlakukan jadwal unik dimulai pada Liga 1 musim ini, yang seolah terlihat kompetisi dan timnas saling bersesuaian.
Sekilas, kompetisi Liga 1 mulai mengikuti kalender internasional dengan berhenti sejenak saat timnas Indonesia bertanding.
Namun jika dilihat dengan cermat, kompetisi Liga 1 belum sepenuhnya mengakomodasi kepentingan klub, dan hanya mendahulukan agenda timnas.
Padahal dalam konteks pengembangan pemain, agenda klub dan timnas seharusnya berlangsung setara dan beriringan.
Sebagai contoh, pada bulan September lalu, kompetisi Liga 1 dihentikan empat hari sebelum jeda internasional.
Kompetisi langsung berlanjut satu hari setelah laga timnas Indonesia menghadapi Australia, pada 11 September.
Pada bulan Oktober ini, Liga 1 disetop satu minggu sebelum jeda internasional dimulai pada Senin (7/10/2024).
Laga terakhir pekan ketujuh yaitu Borneo FC melawan Persita Tangerang pada Senin malam tadi.
Baca Juga: Daftar 18 Pemain Persib yang Dibawa ke China untuk Lawan Zhejiang
Laga terdekat pekan kedelapan adalah dua hari sesudah Indonesia melawat ke China, pada 17 Oktober.
Padahal, para pemain Liga 1 hanyalah minoritas dalam skuad timnas Indonesia pilihan Shin Tae-yong sekarang.
Dalam pemanggilan terakhir, hanya ada 12 pemain Liga 1 dalam 26 pemain yang dipilih Shin Tae-yong.
Artinya, walaupun Liga 1 dihentikan empat hari sebelum jeda internasional, mayoritas pemain (14 pemain abroad) tetap baru berkumpul saat jadwal internasional dimulai.
Dampak buruk dari kebijakan ini adalah memadatnya jadwal Liga 1 dalam pekan-pekan di antara jeda internasional.
Klub-klub dipaksa bermain empat pertandingan (jika tidak berkompetisi di Asia) hanya dalam tiga minggu!
Sebagai contoh, Persib Bandung harus melakoni enam pertandingan dalam 22 hari.
Mengingat hanya ada 12 pemain Liga 1 di timnas, sedangkan ada 18 tim dengan asumsi minimal 25 pemain pada masing-masing tim, kebijakan PSSI telah merugikan mayoritas pemain kasta tertinggi.
Bisa dikatakan, demi 2,6 persen pemain Liga 1 di timnas, sisa 97,4 persen pemain nontimnas harus mengalami jadwal neraka.
Baca Juga: Maaf! Shin Tae-yong Tak Butuh Striker yang Hanya Bisa Cetak Gol
PSSI baru pertama kali berada di level putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026, sehingga wajar apabila ada sedikit kurang pas dalam mengatur jadwal.
Pada masa depan, PSSI tinggal melihat bagaimana kompetisi terbaik dunia mengatur jadwal klub di tengah agenda internasional.
"Kamu benar, ini tidak ideal, terutama untuk klub yang punya pemain timnas," ujar pelatih Borneo FC Pieter Huistra saat ditanya BolaSport.com di Stadion Manahan.
"Tentu saja, ada banyak pemain timnas yang bermain di Liga 1, lebih baik untuk memulai liga lebih belakangan."
Editor | : | Mochamad Hary Prasetya |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar