Bermain di Qingdao ini memang seperti mengerjai Timnas Indonesia, karena jauh dan perlu menempuh perjalanan panjang.
Namun, ternyata rencana tak berjalan dengan mulus karena justru tim sendiri yang tersiksa dan timnas Indonesia yang diuntungkan.
Hal ini karena, skuad Garuda yang memakai pesawat carter diprediksi bakal sampai di Qingdao dalam waktu 10 jam.
Sementara itu, untuk China yang memakai pesawat komersil disebut membutuhkan saktu 18 jam untuk sampai di Qingdao.
Situasi ini membuat media China menilai bahwa mereka menyulitkan diri sendiri.
“Negara kita sangat luas dan dalam mengatur pertandingan kandang China harus berdasarkan prinsip ‘menyenangkan diri sendiri’ dan atau ‘menyiksa lawan’,” tulis 163.com.
“Ini bagus tidak repot-repot pergi ke Indonesia, tapi menyulitkan diri sendiri (China).”
Namun, yang awalnya terkesan ingin mengejain timnas Indonesia dan China memiliki keunggulan sebagai tim tuan rumah justru harus dirugikan butut ulah sendiri.
Pasalnya, federasi pun tak akan menyewakan pesawat untuk China, sehingga mereka bisa rugi dan justru Timnas Indonesia yang diuntungkan karena memiliki waktu istirahat lebih panjang.
“Tidak hanya ringan, tapi juga menempatkan kandang di tempat yang asing, dan lawan tidak punya banyak waktu untuk beradaptasi. Yang pasti ini akan membahayakan apa yang disebut keunggulan kandang.”
“Dari sudut pandang persiapan perang, perjalanan sangat menyiksa, namun federasi akhirnya menghentikan carter pesawat karena tekanan publik yang besar yang disebabkan karena dosa sendiri (menelan kekalahan).”
China memang menelan kekalahan telak dengan skor 0-7 dari Jepang dan 1-2 saat kontrak Arab Saudi pada September lalu.
Buntut hasil itu, federasi memutuskan tak mencarter pesawat untuk pemain China.
Editor | : | Bagas Reza |
Sumber | : | 163.com |
Komentar