"Semua latihan yang saya lakukan bersama INSEP (Institute National of Sports, Expertise, and Performance, red) berjalan dengan baik."
INSEP merupakan pusat pelatihan olahraga terkemuka di Prancis dan Lanier bergabung di sana sejak masih berusia 15 tahun.
Seperti dikutip dari Sport A Caen, bakat bulu tangkisnya terlihat sejak dini.
Di usia 3 tahun, Lanier sudah hobi memukul shuttlecock di teras rumahnya di Calvados, kawasan barat laut Prancis.
Bahkan dia sudah memenangi turnamen pertamanya di kompetisi junior domestik, pada usia 8 tahun dan menghadapi pemain-pemain remaja.
Salah satu keunikan Lanier adalah dia sudah terbiasa mengadu permainannya dengan lawan yang lebih tua.
"Sejak saat itu, dia terus-menerus bermain di level nasional dan internasional melawan pemain yang dua hingga empat tahun lebih tua darinya," ujar sang ibunda, Estelle Lanier.
Tak ayal, keberhasilannya tahun ini, saat usianya belum genap 20 tahun, berpotensi makin memotivasi daya juangnya di lapangan.
Apalagi, masa-masa setelah Olimpiade Prancis 2024 ini menjadi fase transisi dan regenerasi.
Lanier terlalu cepat untuk Paris 2024.
Tahun lalu dia masih bermain di level junior dan harus puas dengan medali perunggu di Kejuaraan Dunia Junior 2023 saat Alwi Farhan merebut emas.
Sekarang, dia bersanding dengan pemain kelas elite dan ini masih awal baginya.
"Saya bangga dengan fase penguatan ini dan jika saya melihat gambaran keseluruhannya, ini adalah tahun yang baik tetapi harus diingat ini bukanlah akhir," ucap Lanier.
Baca Juga: Indonesia International Challenge 2024 Digelar di Surabaya, Yeremia/Rahmat Rindu Juara Lagi
Editor | : | Ardhianto Wahyu |
Sumber | : | BWF Badminton, badzine.fr, actu.fr |
Komentar