"Sejak saat itu, saya mengatur ban dan energi saya semaksimal mungkin untuk mencapai putaran terakhir dan menyerangnya. Semuanya berjalan dengan baik."
"Ketika saya berada di belakang Jorge, saya merencanakan serangan saya dan saya tahu saya bisa melakukannya di 4 atau 5 putaran terakhir."
"Saya melakukannya karena dia membuat kesalahan kecil dan saya yakin dia tidak akan bisa menyalip saya lagi."
"Kemudian, di lintasan lurus, dia memanfaatkan slipstream dengan baik dan menyalip saya. Jadi, saya tahu saya harus menyerang di tikungan 4. Saya hampir saja menyalip, tetapi dia juga menyalip dengan cara yang sama."
"Dia lebih banyak kehilangan posisi daripada saya, jadi saya pikir itu juga sedikit membantu saya. Setelah itu, saya hanya memacu motor di dua lap terakhir dengan ban yang sudah aus, tetapi semuanya berjalan dengan baik."
Pemegang enam gelar juara dunia MotoGP tersebut lalu menyebut Sirkuit Phillip Island ideal membantunya untuk melakukan aksi menyalip.
"Jenis lintasan ini memungkinkan Anda melakukan hal-hal yang tidak dapat Anda lakukan di mana-mana dengan aerodinamika saat ini," ujar Marquez.
"Di Phillip Island, tidak banyak pengereman berat, tetapi ada banyak tikungan kiri cepat yang cocok untuk gaya mengemudi saya. "
"Saat berada di belakang Martin, saya merasa tenang, mengemudi dengan lancar, dan saya bisa menunggu saat untuk menyerang."
Marquez mengakui bahwa performanya lebih konsisten.
"Di Motegi (Jepang), saya sangat dekat dengan Pecco dan Jorge, yang merupakan dua pembalap tercepat. Di Indonesia, saya juga merasa kompetitif."
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | Motosan.es |
Komentar