Kritik yang diterima Ducati bisa dimaklumi karena Marquez baru menang balapan tiga bulan setelah rencana kepindahannya diumumkan pada Juni lalu.
Di sisi lain, mereka punya Martin yang sedang memuncaki klasemen sementara dan sejak musim lalu mampu mengimbangi kecepatan Bagnaia.
Di Australia, Marquez membuktikan kemampuannya tidak kalah dengan Martin ataupun Bagnaia yang menjadi pembalap nomor satu di Ducati karena raihan gelarnya.
Karakter Sirkuit Phillip Island yang cepat dan mengalir serta kondisi yang sulit menjadi penyeimbang antara peran kuda besi dengan talenta jokinya.
"Dia melakukannya dengan caranya yang tidak ada bandingannya," kata Dall'Igna lagi.
"Kebangkitan yang luar biasa yang membawanya dengan segera, dan otoritas luar biasa, mendekati para pemimpin lomba dan duel sengit dengan Martin."
Dall'Igna tidak segan menyebut kemenangan Marquez di Negeri Kanguru pada akhir pekan lalu sebagai sebuah mahakarya.
"Sebuah mahakarya dia sebuah sirkuit yang paling menyenangkan bagi dia."
"Dia berubah menjadi 'liar' seperti yang dilakukannya ketika mencium kemenangan, tidak menyisakan apapun baginya. Tak tertahankan."
"Akan tetapi, ukuran sejati dari kekuatannya, keunggulannya yang spesifik, adalah karena dia segera bangkit dari start yang sangat sial."
"Dia memaksakan dirinya sendiri di atas segalanya dan semuanya sebagai pemenang yang mengambil semuanya," pungkas Dall'Igna.
Baca Juga: Menangi MotoGP Australia dengan Plot Twist, Marc Marquez Ubah Gestur Ngawur Jadi Wangsit
Editor | : | Ardhianto Wahyu |
Sumber | : | Ducati.com |
Komentar