Poin seimbang artinya gelar juara bagi Bagnaia karena Martin cuma memenangi balapan utama sebanyak 3 kali sedangkan Bagnaia 10 kali.
Jadi kalau tidak ingin mengalami nestapa gagal juara di balapan terakhir, kata kunci bagi Martin adalah mengungguli Bagnaia dengan 2 poin ekstra.
Apabila kemenangan di luar jangkauan, Martin masih bisa mengunci gelar juara asalkan finis dua posisi di depan Bagnaia tetapi paling buruk adalah urutan delapan.
Adapun kalau mau bermain aman, Martin cuma perlu selalu finis di posisi enam besar dalam sprint dan balapan utama.
Dengan demikian, Martin masih unggul 1 angka meskipun Bagnaia menyapu bersih dua balapan tersisa dengan kemenangan.
Membingungkan? Wajar. Martin sendiri sejak jauh-jauh hari mengatakan bahwa dia malas bermain hitung-hitungan posisi untuk menjadi juara.
Dengan tekanan besar yang dirasakan, lebih mudah bagi Martin untuk fokus mengejar hasil sebaik mungkin tanpa mempedulikan di mana Bagnaia berakhir.
Mengandalkan insting, inilah yang menjadi kekuatan Martin.
"Mungkin saya bukan selalu menjadi yang tercepat, tetapi saya selalu berada di posisi empat besar atau lima besar," kata Martin, dilansir dari Crash.net.
Martin mengakhiri hari pertama dengan menempati posisi kelima dalam latihan bebas. Adapun Bagnaia menjadi pemilik waktu lap tercepat.
Editor | : | Ardhianto Wahyu |
Sumber | : | Crash.net |
Komentar