"Saya telah mencoba beberapa kali untuk mengirim dokumen-dokumen pendukung ketika saya sakit dan cedera dan selalu saja saya tetap mendapatkan dendanya."
"Membaca kasus Beiwen Zhang hanya memperkuat opini saya bahwa BWF mengatakan secara terbuka peduli terhadap kesejahteraan pemain, tapi pada akhirnya, apakah itu benar?"
"Silahkan saja dan kirim kepada saya dendanya," demikian jawaban dari sosok yang memang dikenal vokal tersebut.
Aturan Top Committed Player memang bisa memberatkan, termasuk dalam aspek finansial bagi pemain yang menanggung sendiri akomodasi mereka.
BWF hanya menanggung akomodasi perjalanan dan penginapan pemain untuk BWF World Tour Finals saja, itu pun kelas ekonomi untuk penerbangannya.
Beiwen Zhang adalah salah satu pemain yang keberatan dengan tuntutan minimal tampil 12 kali dalam setahun sebagai Top Committed Player.
Memperkuat negara di mana bulu tangkis bukan kompetisi olahraga populer, tunggal putri AS itu harus menanggung biaya perjalanannya sendiri dan pelatihnya.
Dia makin merasa tertekan karena kesulitan mencari partner untuk sparing, bahkan dari peserta lainnya ketika mengikuti sebuah turnamen.
Alhasil, Zhang justru berharap peringkat dunianya turun.
Apes, status Top Committed Player tetap melekat padanya hingga akhir tahun depan karena cuma turun ke peringkat ke-15 dunia pada pekan ketiga November.
Ini bukan pertama kalinya Axelsen mengkritik BWF secara terang-terangan.
Tahun lalu, Axelsen mencibir keterlambatan pembayaran hadiah uang dari turnamen sebagai balasan terhadap tuntutan denda karena absen dari Singapore Open (Super 750).
Saat aturan Top Committed Player dikenalkan jelang dimulainya era World Tour pada 2018, sosok yang akrab disapa Viggo juga mengkritik jumlah turnamen wajib yang dirasa terlalu banyak.
Baca Juga: Viktor Axelsen Masih Melawan, Raja Bulu Tangkis Cibir Komitmen BWF Mensejahterakan Atlet
Editor | : | Ardhianto Wahyu |
Sumber | : | BWFBadminton.com, X.com |
Komentar