"Nah kami ingin mengobati masyarakat Yogya dan sekitarnya. Kalau di Yogya itu penontonnya itu sampai dari Purwokerto, kemudian Sukoharjo, kemudian Gombong, Magelang, Solo."
"Tahun lalu mereka kecewa dipindah (venue grand final) Kenapa? Saya berjanji tahun ini akan pindahkan lagi ke sana. Ya semua banyak penonton, tetapi di Daerah Istimewa Yogyakarta itu penontonnya juga yang paling banyak."
"Tahun yang akan datang baru gran final di Indonesia Arena. Kami mengesampingkan kota lain. Kota lain juga meminta sebagai venue final seperti Semarang dan Surabaya.
"Karena itu, Surabaya jadi venue Kejuaraan Dunia U-21 untuk 2025. Itu jadi pertimbangannya."
Imam juga menjelaskan tentang usulan standarisasi jumlah peserta agar jumlahnya tidak berubah setiap tahun.
"Itu sedang kami atur dan nanti tidak boleh menumpuk dalam satu klub. Contoh jika jumlah middle blocker itu melebihi, spikernya nanti juga ditentukan harus berapa," tutur Imam.
"Kami ada perhitungan nanti harus melakukan pembinaan dari awal agar tidak ambil sana ambil sini. Kami atur berapa persentasenya jumlah timnya maksudnya."
"Jumlah lima tim juga tidak ada masalah. Tapi pada 2026 kami harapkan dengan peraturan yang kami buat, mudah-mudahan bisa delapan tim putra, delapan tim putri."
"Tidak bisa lebih dari itu karena nanti waktunya terlalu panjang. Dengan waktu panjang kami tidak bisa melakukan pembinaan yang bersifat kompetisi."
"Contoh Livoli Divisi 1, Livoli Divisi Utama. U16 U17 U19 kami tidak bisa lagi mengadakan karena tidak ada ruang waktu sehingga maksimum adalah 8 tim putra 8 tim putri."
"Contoh sekarang tim divisi utama yang tadinya hanya 8 tim tahun ini menjadi 10 tim dan tahun depan 12 tim. Durasi kompetisinya panjang juga. Nah itu dalam rangka upaya pembinaan."
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | BolaSport.com |
Komentar