BOLASPORT.COM - Media Korea Selatan menjadi salah satu negara yang terus menyoroti pemecatan Shin Tae-yong. Kali ini, mereka pun menyoroti Timnas Indonesia yang masih dibayang-bayangi Belanda atau Dutch Connection.
Pemecatan Shin Tae-yong dari kursi kepelatihan Timnas Indonesia pada Senin (6/1/2025) itu memang cukup mendadak.
Untuk itu, pemecatan Shin Tae-yong yang terkesan buru-buru ini menimbulkan beragam reaksi.
Salah satunya media Korea Selatan yang tak hanis-habis menyoroti PSSI, Shin Tae-yong, hingga Timnas Indonesia.
PSSI mendapat sorotan karena sudah mengumumkan sosok pengganti dari Shin Tae-yong yakni Patrick Kluivert pada Rabu (8/1/2024).
Baca Juga: Marc Klok Tegaskan Tak Sakit Hati dengan Shin Tae-yong
Pelatih asal Belanda itu diumumkan melalui website PSSI dan Instagram Timnas Indonesia.
Setelah diumumkan sosok pelatih yang pernah bermain untuk Ajax hingga Barcelona tersebut.
Namun, ada juga media yang langsung menyoroti perjalanan Timnas Indonesia yang sampai saat ini dinilai masih memiliki hubungan dengan Belanda.
Media Korea Selatan, Star News Korea, bahkan membuat artikel khusus yang menganalisa seoak bola Indonesia hingga sampai sekarang masih di bayang-bayangi Belanda.
Bahkan artikel tersebut dibuat dengan jusul Shin Tae-yong pergi, kekalahannya karena Dutch Connection sepak bola Indonesia.
Media Korea Selatan ini menyoroti soal Indonesia memang jadi negara pertama Asia yang melaju ke Piala Dunia dengan nama Hindia Belanda saat itu.
“Indonesia saat itu berpartisipasi dalam Piala Dunia 1938 di Prancis. Dalam turnamen ini, Hindia Belanda kalah 0-6 dari Hongaria,” tulis Star News Korea, Jumat (10/1/2025).
Walaupun saat itu kalah telah dari Hongaria, tetapi keikutsertaan ini menjadi tonggak penting dalam sejarah sepak bola Indonesia.
Namun, di balik momen itu, ada hubungan panjang dan komplek antara Indonesia dan Belanda yang terus membayangi sepak bola Tanah Air hingga saat ini.
Baca Juga: PSIS Semarang Akan Coba Datangkan Shin Tae-yong Jika...
Media Korea Selatan ini menyoroti bagaimana Belanda masih bisa membayang-bayangi Indonesia sampai saat ini.
Dalam artikel tersebut menjelaskan bahwa sebagai koloni Belanda, Indonesai menjadi sumber kekayaan ekonomi bagi negeri penjajahnya.
Mereka menjelaskan bahwa hasil bumi seperti rempah-rempah, kopi, hingga tebu dari tanah Indonesia masih menyumbang hingga 30 persen anggaran Belanda hingga pertengahan abat ke-19.
Bahkan setelah minta mentah ditemukan, Belanda mendirikan Royal Dutch Petroleum Company, yang berkembang menjadi Royal Ducth Shell, salah satu perusahaan terbesar dunia saat itu.
“Indonesia dijanjikan kemerdekaan pada tahun 1945 setelah Perang Dunia II, tetapi baru memperoleh kemerdekaan yang sebenarnya pada tahun 1949,” tulis Media Korea Selatan tersebut.
“Hal ini terjadi karena Belanda tidak ingin kehilangan Indonesia, koloni yang telah memberi mereka keuntungan ekonomi yang sangat besar.”
“Kemerdekaan Indonesia diraih melalui perang kemerdekaan selama empat tahun dengan Belanda.”
Menurut mereka, saat ini Indonesia menjadi salah satu negara yang berkembang di Asia tenggara dan ternyata sampai saat ini mereka menilai bahwa Belanda pengaruh Belanda masih terasa khususnya di sepak bola.
Jadi menurut mereka, Dutch Connection yang dimaksud ini tak hanya soal ekonimi saja, tetapi sepak bola juga.
Pasalnya, banyak pemain yang lahir di Belanda dan memiliki keturunan belanda, tetapi memilih untuk membela Timnas Indonesia.
“Saat ini, di Indonesia yang merupakan negara berkembang yang sedang berkembang di Asia Tenggara dan mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat, pengaruh Belanda masih terasa. Salah satunya adalah sepak bola," tulis media Korea Selatan tersebut.
Dalam sepak bola, pengaruh Belanda memang dinilai masih terasa kuat karena saat ini banyak pemain naturalisasi yang memiliki darah Indonesia memperkuat skuad Garuda.
Tak sedikit pemain keturunan yang saat ini telah memperkuat tim Merah Putih dan membantu meningkatkan kualitas Timnas Indonesia di dunia sepak bola.
Ternyata hal ini menjadi sorotan di media Korea Selatan, bahwa Timnas Indonesia masih dibayang-bayangi Belanda.
Ini karena banyak pemain yang awalnya bercita-cita ingin membela Timnas Belanda, tetapi saat peluang itu sulit tercapai.
Mereka akhirnya memilih untuk dinaturalisasi dan memperkuat Timnas Indonesia saat ini.
“Pemain yang dinaturalisasi memiliki pengaruh besar terhadap pertumbuhan pesat sepak bola Indonesia saat ini. Banyak pemain Indonesia yang dinaturalisasi lahir di Belanda,” jelasnya.
“Karena semua pemain naturalisasi Indonesia memiliki darah Indonesia, proses naturalisasi berjalan relatif lancar.”
Setelah menceritakan sejarah panjang Belanda dan Indonesia yang masih terikat.
Mereka mengatakan bahwa pemecatan Shin Tae-yong itu pun tidak semata-mata karena hasil buruk di ASEAN Cup 2024 saja.
Menurutnya, pemecatan sepihak Shin Tae-yong itu karena strategi Dutch Connection yang akan terus menjadi andalan Timnas Indonesia ke depan.
Ini karena saat Timnas Indonesia berlaga di Kualifikasi Piala Dunia 2026 memang Shin Tae-yong mengandalkan banyak pemain naturalisasi.
Namun, kegagalan melawan Bahrain dan China menjadi sorotan, karena disebutkan Ketua Umum PSSI Erick Thohir ada masalah strategi dan komunikasi.
Untuk itu, media Korea Selatan ini menyebut bahwa Dutch Connection itulah yang menjadi penyebab dipecatnya Shin Tae-yong.
Menurutnya, pemecatan Shin Tae-yong ini dikaitkan dengan fokus besar Indonesia pada pemain naturalisasi yang memang berlatar belakang Belanda.
Apalagi dengan penunjukan Patrick Kluivert ini dinilai semakin menegaskan pentingnya Dutch Connection ini.
“Pasalnya, peran pemain naturalisasi yang bermain di liga Belanda dan liga-liga lainnya penting bagi Indonesia untuk menjadi raksasa sepak bola Asia,” analisis media Korea Selatan tersebut.
“Penunjukan Patrick Kluivert (48), pemain Belanda keturunan Suriname, sebagai pengganti Shin Tae-yong oleh Persatuan Sepak Bola Indonesia dapat dipahami dari konteks yang sama.”
Menurut Star News Korea, kisah itu bukan hanya tentang sepak bola, tetapi juga tentang warisan sejarah yang masih membayangi Indonesia.
Editor | : | Mochamad Hary Prasetya |
Sumber | : | starnewskorea.com |
Komentar