BOLASPORT.COM - Pelatih Incheon Heungkuk Life Insurance Pink Spiders, Marcello Abbodanza, mengaku stress seiring dengan situasi kekalahan tim memasuki putaran keempat Liga Voli Korea 2024-2025.
Performa menukik yang dialami Pink Spiders dalam lanjutan Liga Voli Korea terus mendapat sorotan.
Tim yang tadinya membukukan 14 kemenangan beruntun tiba-tiba berubah menjadi tim yang terus-menerus harus susah payah menjalani laga.
Mirisnya, menurunnya penampilan tim yang diperkuat Kim Yeon-koung itu terjadi sejak mereka kandas pertama kalinya di musim ini, saat dikalahkan Daejeon JungKwanJang Red Sparks.
Bersamaan dengan itu, pada laga melawan Megawati Hangestri dkk itu jugalah Pink Spiders kehilangan satu spiker tajamnya, Tutku Burcu Yuzgenc yang cedera di akhir laga.
Baca Juga: Top Skor Liga Voli Korea - Ratu Voli Korsel Belum Beranjak Saat Megawati Melambung Tinggi
Tidak ada yang menyangka bahwa kekalahan sejak bersua Red Sparks dan kehilangan Tutku Yuzgenc itu menjadi gerbang petaka Pink Spiders.
Bahkan setelah melewati jeda hingga masuk paruh kedua melanjutkan putaran keempat sekarang pun, tim asuhan Marcello Abbodanza malah semakin ambyar.
Dua kekalahan langsung dialami Pink Spiders saat bertemu dua tim papan bawah klasemen, GS Caltex Seoul KIXX dan Gimcheon Korea Expressway Hi-Pass.
Dua-duanya berakhir dengan skor dramatis kalah 2-3.
Pink Spiders sebenarnya sudah mendapatkan pengganti Tutku, yaitu Marta Matejko.
Namun kehadiran Matejko juga masih nirdampak. Belum ada pengaruh signifikan untuk mengimbangi keandalan Kim Yeon-koung.
Abbodanza sendiri mengaku bertambah stres setelah kekalahan lawan Hi-Pass, Sabtu (11/1/2025) kemarin.
Selain karena anak didiknya sudah kalah dua kali beruntun, jalannya pertandingan di markas lawan itu juga menguras emosi sang pelatih asal Italia tersebut.
Abbodanza sempat diganjar kartu kuning akibat dirasa terlalu berlebihan melakukan protes ketika meminta peninjauan video replay kepada wasit.
Berkaca dari itu, dia merasa diperlakukan tidak adil karena berlatar belakang pelatih asing.
"Saya bosan diperlakukan berbeda dari pelatih lain," keluh Abbodanza dikutip Bolasport dari Sports Chosun.
"Dalam banyak situasi, jawaban mereka (wasit) adalah 'Tidak' terlebih dahulu."
"Sebelumnya, saya kan juga memiliki wewenang untuk meminta peninjauan video, tetapi jawabannya adalah 'No, no, no'. Saya diperlakukan berbeda," keluh Abbodanza.
"Ketika saya merasa ada sesuatu yang tidak beres, saya jadi lebih gugup lalu menganggap itu tidak adil, yang berujung pada stres dan kelelahan," tandasnya.
"Saya pikir kami (pelatih asing) harusnya diperlakukan sama. Saya sudah lelah karena musim ini masih terus berlanjut."
"Saya menghormati budaya Korea. Tapi saya orang Italia. Semua orang di dunia tahu bahwa orang Italia memiliki gerakan (bahasa) tubuh yang ekspresif."
"Tapi sebagian dari gerakan begitu malah kena sanksi," tandasnya.
Abbodanza tak memungkiri bahwa situasi Pink Spiders yang mendadak kehilangan sentuhan kemenangan mulai membuatnya terus kepikiran.
Mereka memimpin di puncak klasemen, tetapi performa di lapangan sekarang menukik tajam.
Jika tak segera diatasi, dia khawatir itu akan berdampak secara emosional ke keseluruhan tim.
"Saya ingin melakukan pekerjaan saya dengan kemampuan terbaik saya dan menyelesaikannya dengan baik," tegas dia.
"Sulit untuk menerima situasi di mana saya diperlakukan berbeda dan harus membuat keputusan berbeda. Saya bisa menerima menang dan kalah, tapi saya tidak tidak ingin mengambil risiko dari hal seperti ini."
"Ketika stres atau ketegangan ini menimpa saya, pada akhirnya hal itu berdampak pada semua orang (di tim)," tukasnya.
Namun, Abbodanza bukanlah pelatih amatir. Dia kini berusaha memikirkan jalan keluar. Termasuk jelang laga ketiga putaran keempat, di mana Pink Spiders akan bertandang ke markas Gwangju AI Pepper Savings Bank pada Jumat (16/1/2025).
Editor | : | Agung Kurniawan |
Sumber | : | Sportschosun.com |
Komentar