BOLASPORT.COM - Pasangan ganda putri Malaysia, Pearly Tan/Thinaah Muralitharan, mendapat evaluasi khusus setelah dikalahkan wakil Indonesia pada Malaysia Open 2025.
Kekalahan Tan/Thinaah membawa sederet fakta pilu bagi mereka dalam petualangan menjelajahi ajang Malaysia Open.
Semestinya, turnamen di rumah sendiri itu jadi hajatan besar mereka.
Malaysia Open 2025 telah naik kasta dengan masuk kategori BWF World Tour Super 1000.
Selain hadiah uang yang ditawarkan lebih tinggi, 1.450.000 dollar AS, perolehan poin peringkat yang akan didapatkan juga lebih tinggi dari level Super 750 sebelumnya.
Namun pada ajang sebesar itu, Tan/Thinaah yang berstatus unggulan tiga, justru harus angkat koper lebih awal.
Petualangan mereka mencicipi atmosfer Axiata Arena, Kuala Lumpur, di hadapan publik sendiri langsung tamat di babak pertama.
Tan/Thinaah tersingkir setelah kalah melawan ganda putri racikan baru Indonesia, Lanny Tria Mayasari/Siti Fadia Silva Ramadhanti dalam permainan tiga gim, 21-19, 17-21, 14-21.
Bukan hanya karena kalah dari pasangan underdog itu saja yang membuat performa mereka disorot.
Tetapo lebih karena statistik menyedihkan Tan/Thinaah setiap kali mentas pada ajang Malaysia Open.
Tercatat sejak debut di ajang tersebut pada edisi 2022, juara Hong Kong Open 2024 itu sama sekali tak pernah mampu menembus fase perempat final.
Dari edisi 2022, 2023, 2024, dan sekarang 2025, semuanya selalu berakhir dengan kekalahan early exit.
Oleh karena itu, kekalahan di edisi tahun ini sangat mendaoat perhatian khusus dari Rexy Mainaky selaku Direktur Kepelatihan BAM (Asosiasi Bulu Tangkis Malaysia).
Menurut mantan ganda putra top Indonesia itu, Tan/Thinaah perlu membenahi masalah mental dan pikiran mereka.
Menurut pengamatan Rexy, Tan/Thinaah terlihat bingung dengan taktik mereka saat tak mempan dan malah diserang balik Lanny/Fadia.
"Pearly-Thinaah harus menyegarkan diri secara mental dan fisik sebelum lanjut bermain ke India Open," tutur Rexy dikutip Bolasport dari New Straits Times
"Bahasa tubuh mereka sering menjadi indikator bagaimana kondisi mereka, dan mereka tampak linglung saat main di Malaysia Open kemarin," tandasnya.
Yang lebih jadi PR bagi Rexy dan Pelatih Ganda Putri BAM yang baru, Rosman Razak, adalah mereka mesti menyesuaikan sesi latihan Tan/Thinaah, yang tidak bisa dipaksa untuk terlalu keras.
"Pasangan ini unik. Kita tidak bisa terlalu memaksakan mereka dalam latihan, tapi sesi latihannya juga tidak boleh terlalu ringan," ujar peraih medali emas Olimpiade Atlanta 1996 itu.
"Rosman baru melatih mereka selama dua bulan, dan mereka butuh waktu untuk beradaptasi setelah berlatih di bawah bimbingan Hoon Thien How selama hampir dua tahun," tukasnya.
Sejak kalah dari Lanny/Fadia, sorotan pada Tan/Thinaah juga menjurus pada kebingungan dan kesulitan mereka tiap kali menghadapi duet kombinasi baru.
Pasalnya, Tan/Thinaah sebenarnya dikenal dengan tipikal permainan agresif dan no lob. Mereka juga menjadi salah satu lawan sulit di jajaran 10 besar.
Bahkan di final Hong Kong Open 2024, mereka mampu menekuk pasangan nomor satu dunia, Liu Sheng Shu/Tan Ning asal China.
Namun ketika mulai bertemu pasangan pasangan racikan anyar dari negara lain, mereka seperti kewalahan.
Sebelumnya, kolaboriasi Fadia dengan Apriyani Rahayu juga sempat menyulitkan mereka. Kemudian tahun lalu, Tan/Thinaah juga dibikin susah payah saat bertemu Yuki Fukushima/Mayu Matsumoto asal Jepang.
Editor | : | Agung Kurniawan |
Sumber | : | NST.com.my |
Komentar