BOLASPORT.COM - Setelah pensiun dan beralih jadi test rider Honda, Aleix Espargaro menjadi lebih dewasa, mengakui sifatnya yang temperamental di sirkuit membuatnya jadi tertekan sendiri.
Sudah bukan rahasia lagi bahwa sosok Aleix Espargaro merupakan pembalap yang paling veteran di grid musim lalu.
Menjadi pembalap tertua yang masih aktif di kelas MotoGP, membuat ayah dua anak itu mau tak mau juga bersaing dengan para pembalap lebih muda.
Pada kompetisi balap motor seperti MotoGP, tentu persaingan panas dan intens di sirkuit bahkan tak jarang di luar sirkuit, sering terjadi.
Momen-momen crash antata dua atau lebih pembalap biasanya jadi momen yang memperlihatkan watak-watak mereka.
Bukan hanya saat crash, perilaku pembalap yang terkadang melambat atau tak sengaja menghalangi rider lain juga tak jaranv menyulut emosi rivalnya.
Baca Juga: Marc Marquez Diingatkan Valentino Rossi, Ada Aroma Balas Dendam Francesco Bagnaia pada MotoGP 2025
Dan, satu sosok pembalap yang sejauh ini dikenal paling keras adalah Aleix Espargaro saat membela Aprilia.
Sudah beberapa kali tertangkap kamera, memperlihatkan momen kemarahan Espargaro kepada pembalap lain.
Hal paling terkenal beberapa musim terakhir adalah insiden ketika dia memukul murid Valentino Rossi, Franco Morbidelli pada sesi latihan bebas MotoGP Qatar 2023.
Morbidelli yang saat itu masih memperkuat Monster Energy Yamaha dipukul cukup keras oleh Espargaro di selaa sesi FP2.
Bahkan insiden ini juga terekam jelas di kamera dashbor.
Gestur kakak dari Pol Espargaro itu juga terlihat mengucapkan sesuatu dengan bahasa tubuh penuh amarah.
Padahal, di luar sirkuit, Espargaro sering menunjukkan kebersamaan dengan dua anak kembarnya, Max dan Mia dengan lembut.
Kini, seolah mrefleksikan diri setelah pensiun, Espargaro menyadari betapa temperamentalnya dia di dalam sirkuit.
Dia menyesal telah menunjukkan sikap seperti itu, hingga banyak sangkaan yang menduganya juga punya sikap temperamen di rumah.
Padahal, kenyataannya, menurut Espargaro, dia bukanlah sosok pemarah dan kasar.
Dalam film dokumenter DAZN, Espargabro, dia menjelaskan bahwa dibanding dengan adiknya, Pol, dia yang lebih bersemangat dan meluapkan semua totalitasnya ketika sudah dalam mode bekerja.
Sehingga ketika ada yang tak beres, ada perassan menderu di dalam benaknya.
"Saya yang paling bersemangat, sehingga saya agak kesulitan mengatur momen-momen ketegangan tertentu," kata Aleix Espargaro dikutip Bolasport dari Motociclio.pt.
"Ini salah saya. Saya meninggalkan kesan yang mungkin tidak seharusnya saya tunjukkan seperti itu," tandasnya
Selain dengan sesama pembalap, sikap keras Espargaro juga pernah menimbulkan konflik internal di Aprilia.
Dia pernah bersitegang dengan manajer tim Aprilia saat itu, Paolo Benera.
Dari situ, Espargaro benar-benar menyesal telah membiarkan dirinya diliputi amarah.
"Padahal itu hanya untuk hal sepele," ucapnya mengenang.
"Itu adalah fase yang rumit dan saya bereaksi sangat buruk."
"Saya selalu membiarkan orang-orang terdekat saya atau yang paling dekat dengan saya, lolos dari ledakan emosi saya (tapi tidak dengan yang lain, red)"
"Perilaku ini membuat saya melakukan kesalahan. Meskipun saya terus-menerus mengkritik tim saya, saya tidak pernah menghindari menyalahkan diri sendiri," akunya.
Kini Aleix Espargaro telah menutup buku kariernya sebagai pembalzp aktif di kelas premier alias pensiu .
Mulai MotoGP 2025, dia akan membuka lembaran baru bersama tim baru, Honda Racing Corporation (HRC), dengan menajdi seorang test rider.
Pengalaman dan insting tajam Espargaro kini menjadi hal penting yang dibutuhkan untuk membantu Honda bangkit dari keterpurukan, sama seperti saat dia mampu mengantarkan Aprilia menjadi tim sebutan yang berhasil disegani di era sekarang.
Baca Juga: Permohonan Bos Honda ke Joan Mir di Tengah Kesengsaraan pada MotoGP
Editor | : | Delia Mustikasari |
Sumber | : | motociclismo.pt |
Komentar