Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Jatuh Bangun Italia, dari Hukuman Mati hingga Terseok di San Siro

By Fabianus Riyan Adhitama - Selasa, 14 November 2017 | 18:35 WIB
Gianluigi Buffon (kedua dari kiri) memeluk Andrea Barzagli setelah timnas Italia bermain imbang 0-0 dengan Swedia pada partai kedua play-off Kualifikasi Piala Dunia 2018 di Stadion San Siro, Milan, Selasa (14/11/2017) dini hari WIB. (MARCO BERTORELLO/AFP)

"Menang atau mati!", demikian isi pesan singkat lewat telegram yang dikirim diktator Italia, Benito Mussolini kepada Timnas Italia di final Piala Dunia 1938.

Timnas Italia yang gagal lolos ke Piala Dunia 2018 mungkin sedikit bernasib lebih baik dibandingkan para seniornya di masa Perang Dunia kedua.

Fasisme dan Calcio

Hiruk pikuk perang dunia menjadikan sepak bola sebagai alat berpolitik untuk memanipulasi publik agar makin cinta dengan partai penguasa.

Kala itu, Benito Mussolini menjadi tokoh fasis yang punya kuasa mengontrol semua lini kehidupan masyarakat Italia.

Sepak bola yang menjadi olahraga populer pun tak luput dari perhatian Mussolini.

Membawa misi untuk mempromosikan persatuan nasional, Timnas Italia pertamakali dibentuk pada 1929.

Dari situlah muncul istilah Calcio atau Italian Football, merombak dari dasar-dasar sepak bola yang lebih dulu dikembangkan Inggris.

Alih-alih memasukkan pemain asli Italia, penguasa partai fasis yang bersembunyi di balik institusi sepak bola Italia lebih memilih jalur naturalisasi.


Benito Mussolini (tengah berbaju putih) berfoto bersama Timnas Italia usai Piala Dunia 1938.(THEGUARDIAN/AFP)