Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Para pedagang tersebut pun mengaku senang dengan adanya kesempatan berjualan pada saat gelaran pertandingan.
(Baca juga: Mohamed Salah dan Konsep Dewa Pemersatu Bangsa Mesir)
Pasalnya, keuntungan yang diraup bisa mencapai dua hingga tiga kali lipat dibandingkan dengan hari-hari biasa.
Baik dari pedagang jersey, makanan, maupun minuman, mendapatkan untung yang lebih banyak ketimbang hari-hari biasa.
Terlebih lagi, panpel tidak melakukan diskriminasi kepada pedagang atas asal daerah mereka masing-masing.
Piala Presiden tersebut dihiasi oleh pedagang dari beragam daerah.
Dari Jakarta, Jawa Timur, Sragen, dan pedagang dari kota-kota lain pun datang dan mencari rezeki di Solo.
Jumlah pedagang baik asongan maupun kaki lima, juga diumumkan oleh panpel sebagai bentuk transparasi kepada yang hadir si stadion.
Wagimin, pedagang asongan asal Sragen, mengaku senang dengan adanya pengumuman tersebut.
"Ya senang saja sih dengar pengumuman jumlah pedagang yang ada di stadion," ujarnya.
(Baca Juga: Eksklusif Andik Vermansah - Pengakuan soal Persija, Persib, Azrul Ananda, dan Uang 750 Juta)
Adanya wajah-wajah pedagang pada gelaran pertandingan membuktikan bahwa sepak bola bukan hanya sebagai hiburan yang merakyat bagi masyarakat umum maupun suporter, tetapi juga menjadi wadah dimana ekonomi kerakyatan diwujud nyatakan.
Multi fungsi dari gelaran sepak bola sebagai hiburan yang merakyat hingga perwujudan ekonomi kerakyatan pun dibuktikan dengan keuntungan yang diraih oleh para pedagang tersebut.