Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Setelah mampu mencapai babak perempat final Piala Eropa di Prancis 2016, Islandia kemudian merepotkan Kroasia pada Grup I untuk lolos otomatis sebagai juara grup ke Piala Dunia 2018.
Bagaimana dengan sepak bola Indonesia?
Ada pesan sekaligus harapan dari pelatih Islandia yang tak kalah pedihnya kalau dimaknai dengan hati dan ketulusan.
Isinya: “Semoga suatu saat nanti kita bertemu di pentas Piala Dunia”.
Ada hal tersirat yang bermakna caci-maki buat negara besar yang sepak bolanya tak kunjung beranjak maju.
Negara yang kelebihan sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber cahaya matahari, plus kelebihan yang tak pantas dibandingkan dengan negara yang merdeka dari Denmark itu.
Islandia sadar bila kompetisi di dalam negeri tak akan menghasilkan pemain hebat.
Solusi yang tepat adalah menyebar semua potensi pemain muda bermain di berbagai klub sepak bola di Eropa dengan harga murah, lalu mereka menikmati dengan nilai yang amat mahal: lolos ke Piala Dunia.
Berbeda dengan kita. Indonesia belum berani melakukan hal sama. Karena unsur komersialisasi jauh lebih penting. Peran pemerintah juga belum maksimal.
Ketika muncul talenta muda yang berstandar Eropa, kita hanya bisa berbangga.
Tetapi, kita tak pernah berupaya memudahkan jalan mereka guna menimba ilmu di negara yang sepak bolanya jauh lebih sempurna.
Mungkin, setelah kedatangan timnas Islandia, ada pola pikir baru yang lahir dari PSSI serta dukungan pemerintah untuk membangun sepak bola Indonesia.
(Baca Juga: Februari 2018, Timnas U-23 dan U-19 Gelar TC Bersama)
Bukan sekadar menonton pertandingan timnas, juga “menonton” yang tersirat dari hal-hal baik negara yang datang beruji coba.
Memikirkan bahwa suatu suatu saat nanti timnas Indonesia yang datang ke Eropa untuk beruji coba menjelang keikutsertaan di Piala Dunia.
Bisa? Bisa! Asal sama-sama bertekad untuk itu.
Bekerjalah sepenuh hati, niscaya kita akan menuai mimpi. Tetapi, kalau bekerja setengah hati, selamanya kita akan bermimpi!