Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
BOLASPORT.COM – Akhirnya, setelah 5 tahun saya akan kembali menginjakkan kaki ke Kota Manchester. Tujuannya jelas, laga derbi antara Manchester City vs Manchester United.
Pada 2013, untuk pertama kali saya mengunjungi Kota Manchester di Inggris menyaksikan laga Manchester United vs Real Madrid di ajang Liga Champions. Juga di ajang Piala FA ketika Manchester United berhadapan dengan Chelsea.
Itulah era terakhir Sir Alex Ferguson menukangi Manchester United.
Sabtu, 7 April 2018, saya berkesempatan untuk menonton pertandingan penting di Kota Manchester, tentu dengan situasi berbeda di kuris pelatih Setan Merah.
Bagi saya, kesempatan menyaksikan derbi kali ini punya makna sendiri. Aroma derbi Manchester kali ini semakin kental membuktikan siapa yang terhebat di langit Kota Manchester. Biru atau merah?
Kalau berbicara prestasi, tentu tim merah lebih unggul. Namun, bila bicara tentang kondisi kekuatan terkini jelas milik tim biru. Poin dan gaya bermain berbicara, braayy.
Bukan hanya rivalitas itu saja, derbi kali ini menjadi penentu bagi tetangga si merah untuk menahbiskan diri sebagai juara Liga Inggris musim ini. Lebih cepat dan tentu sangat tepat di laga derbi.
(Baca Juga: De Bruyne Mengaku Miliki Peluang Gabung ke PSG dan Bayern Muenchen)
Jujur saja, bila si biru menang, tim asuhan Pep Guardiola ini bisa dibilang menang banyak. Ya, menang sebagai yang terkuat di Manchester dan yang terhebat di Inggris.
Saya berharap, pertandingan di derbi kali ini akan tercipta banyak momen bagus, atraktif, dan gak booring.
Kita sama-sama tahu “budaya sepak bola” Jose Mourinho yang selalu pragmatis. Hasil akhir adalah yang utama baginya.
Bukan, bukan mengatakan bermain bertahan itu “haram” di sepak bola. Tetapi, kalau sudah punya mobil sport masak kecepatannya di jalan tol hanya 35 km per jam? Om Jose, gak sayang tuh ama mesinnya?
Saya berharap Mourinho memainkan taktik yang sesuai dengan kualitas pemain yang dimilikinya. Atau, jangan-jangan kualitas Jose yang memang sekadar bertahan?
Bisa jadi di stadion akan banyak penonton yang berterak “Aku mau hiburan, pliisssss.”
Di laga ini nanti, setelah harus menelan pil pahit dari pasukan burung bangau di perempat final Liga Champions, rasanya Pep Guardiola akan lebih menyerang daripada Manchester United. Kini saatnya Manchester City bangkit.
Di musim kedua bersama Manchester City, Pep Guardiola mampu beradaptasi dengan amat cerdas. Ia telah mengantongi 27 kemenangan dan hanya sekali kalah.
Produktivitas gol luar biasa, mencetak 88 gol dari 31 pertandingan di Liga Inggris. Pep mengubah Manchester City menjadi “Monster City” di musim 2017-2018.
(Baca Juga: Usai Kalah Telak dari Liverpool, Manchester City Mulai Alihkan Prioritas)
Menurut saya, kunci sukses City ada pada kinerja lini tengah yang jauh lebih hidup, variatif, dan bertenaga untuk menyuplai serangan-serangan tim.
Tanpa mengekecilkan peran barisan penyerang City, kombinasi Kevin De Bruyne, David Silva, dan Fernandinho sangat besar jasanya.
Hal lain yang menonjol dari City adalah speed, berani, dan efektif. Bisa disebut begini, Manchester City ibarat FC Barcelona dari Inggris. Hanya, City lebih bertenaga.
Bila Barcelona itu diumpamakan menari balet di lapangan hijau, Manchester City bergaya dance hip hop.
Lalu, bagaimana rapor Jose Mourinho musim ini? Wooowww... benar-benar standar.
Pelatih sekelas Mou yang memiliki pemain-pemain mumpuni untuk berkreasi lebih hanya mampu bersaing untuk memperebutkan posisi kedua, bukan juara.
Mou terlalu banyak menahan pemainnya untuk berkreasi. Saat bersama Juventus, Paul Pogba sangat kreatif. Alexis Sanchez pun hingga kini biasa-biasa saja.
Pertanyaan besar adalah, apakah memang pemain Manchester United yang mengalami penuruan atau pelatihnya yang tidak mampu mengeluarkan kualitas terbaik dari pasukannya?
Jangan sampai nama besar Jose Mourinho cuma image semata tanpa bukti nyata melalui prestasi. Bahasa yang sedang ngetrend saat ini: pecitraan yang bagus.
(Baca Juga: Ditolak Samuel Umtiti, Manchester United Malah Rayu Gelandang Chelsea)
Harus diakui, sulit bagi pelatih-pelatih di Old Trafford untuk meneruskan pekerjaan yang sudah dibuat Sir Alex Ferguson. Mungkin pelatih baru datang membawa konsep baru karena gengsi untuk meneruskan gaya Fergie.
Atau, jangan-jangan memang kapasitas pelatih baru itu yang gak nyampe untuk ikuti jejak Fergie di Old Trafford.
Yang jelas, semua orang memiliki periodenya. Mungkin, kita harus mencium tangan orang yang membuat quote, “Larilah sejauh mungkin, maka niscaya engkau akan capek.”
Ehhh, salah quote. Yang benar ini, “Lebih sulit mempertahankan daripada mendapatkan.” Nah ini baru pas.
Tentu saja masih ada peluang bagi Manchester United untuk bisa menahan kereta cepat Manchester City. Kuncinya cuma satu, jangan biarkan pemain-pemain City berkreasi.
Pemain Manchester United harus bisa memperkecil ruang gerak tuan rumah. Jangan biarkan City menguasai permainan. Rebut bola dan serang. Perkecil kesalahan mendasar, seperti passing dan control bola. Mou, tirulah cara Juergen Klopp!
Jujur, ketika musim ini berjalan, saya sempat berimajinasi liar. Ya, andaikan Manchester United dilatih oleh Pep Guardiola.
Apakah kemudian Paul Pogba bisa menjelma menjadi kreator serangan yang efektif, bermain “cair” bersama Juan Mata dan Henrikh Mkhitaryan ketika itu?
(Baca Juga: Ini Alasan Sebenarnya Mkhitaryan Hijrah ke Arsenal)
Marcus Rashford, Romelu Lukaku, hingga Jesse Lingard bisa dimanjakan oleh umpan-umpan matang. Lalu, tiki-taka ala si merah akan menghadirkan malapetaka buat lawan-lawan mereka.
Beuuuhh, bersama Pep, Manchester United pasti lebih atraktif, lebih menyerang, lebih menghibur.
Akan tetapi, semua itu hanya imajinasi liar saya. Byuurrr, siram air... kembali melihat Mou sedang marah-marah di pinggir lapangan.
Pasti, bila ditangani Pep, permainan Manchester United lebih menghibur. Dengan materi yang ada sekarang pun, saya yakin Pep bisa membuat permainan United lebih menyerang ketimbang Mou saat ini.
Kini, izinkan saya memilih starting line-up Manchester United bila ditangani Pep Guardiola:
KIPER: David de Gea
BEK KANAN: Antonio Valencia
BEK TENGAH: Sergio Ramos
BEK TENGAH: Virgil van Dijk
BEK KIRI: Marcello
GELANDANG KANAN: Paul Pogba
GELANDANG TENGAH: Toni Kross
GELANDANG KIRI: Kevin Dde Bruyne
PENYERANG KANAN: Eden Hazzard
PENYERANG TENGAH: Cristiano Ronaldo
PENYERANG KIRI: Markus Rushford