Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Masih ingatkah Anda dengan nama Edward Paul Sheringham? Atau mungkin Anda lebih mengenalnya dengan nama Teddy Sheringham.
Striker tim nasional Inggris itu lahir di tahun yang sama ketika tim berjulukan The Three Lions tersebut menjuarai Piala Dunia 1966.
Teddy Sheringham menjadi idola banyak penikmat sepak bola ketika ia masih berkarier sebagai seorang pemain.
Sheringham mengemas 288 gol dari 755 penampilannya bersama 8 klub yang berbeda. Catatan itu ditambah dengan menjadi bagian tim nasional Inggris di Piala dunia 1998 dan 2002.
Dirinya bersaing dengan sejumlah nama besar, seperti Robbie Fowler, Les Ferdinand, Alan Shearer, dan Michael Owen serta Emile Heskey.
Mantan bintang Tottenham Hotspur dan Manchester United itu menorehkan 11 gol dalam 55 penampilannya bersama timnas Inggris.
Naluri mencetak gol yang ia miliki di dalam kotak penalti disebut-sebut paling berbahaya di masanya.
Ayah dari Charlie Sheringham, bermain di Bangladesh Premier League, juga bisa bermain menjadi target man.
Semua berkat kemampuannya mengambil posisi yang bagus serta piawai berduel di udara atau juga di belakang striker utama dengan visi menyerang dan umpan pendek brilian.
(Baca Juga: Pemain Terbaik Liga Inggris 2015-2016 Tertarik untuk Gabung Arsenal)
Namun, performa pemain berjulukan The Android ini di timnas Inggris tidak sementereng performanya di level klub.
Saat bermain di Manchester United, Teddy Sheringham membantu timnya mendapatkan 3 gelar Premier League secara beruntun di musim 1998-2001.
Teddy Sheringkham juga berperan atas keberhasilan Manchester United mengangkat trofi Si Kuping Lebar di kompetisi 1998-1999.
Penghargaan yang ia lengkapi dengan pencapaian individu menjadi pemain terbaik Premier League di musim 2000-2001.
Sheringham juga pernah mencicipi rasanya menjadi penyerang tersubur di Premier League musim perdana 1992-1993 dengan 22 gol bersama Tottenham Hotspurs.
Ironis memang ketika melihat pemain yang pensiun setelah 24 tahun karier profesionalnya justru malah tidak bisa berbuat banyak ketika punya kesempatan membantu tim nasional Inggris di dua edisi putaran final Piala Dunia.
Sheringham dan Piala Dunia
Di bawah arahan Glen Hoddle di 1998, Teddy Sheringham dipasangkan dengan Alan Shearer.
Duet penyerang yang dikenal sebagai The SAS mencoba melanjutkan keganasan mereka di Piala Eropa 1996.
(Baca Juga: Olivier Giroud Kalahkan Jumlah Gol Sundulan Cristiano Ronaldo)
Di ajang kualifikasi, Sheringham cukup tajam dengan mengemas 3 gol. Namun, performanya semakin menurun ketika memasuki putaran final Piala Dunia di Prancis.
Pria yang juga sempat menjadi pemain poker profesional ini gagal membuktikan diri saat menjadi starter ketika berjumpa dengan Romania dan Tunisia di Grup G Piala Dunia 1998.
Di laga akhir penyisihan grup berjumpa dengan Kolombia, ia kehilangan tempat utama seiring dengan menonjolnya performa seorang anak muda bernama Michael Owen.
Pada akhirnya langkah The Three Lions terhenti saat kalah dalam adu penalti menghadapi Argentina di babak 16 besar.
Dalam edisi PD 2002 ketika ditukangi oleh Sven-Goran Eriksson, Sheringham mendapatkan kesempatan kedua setelah absen di Piala Eropa 2000. Ketika itu, namanya dilupakan oleh Kevin Keegan.
Namun, seiring dengan usianya yang sudah tidak muda, dari 12 laga yang Sheringham mainkan semuanya berawal dari pemain pengganti.
Kontribusinya cukup nyata walau sebagai pemain cadangan. Kerap kali kehadirannya di lapangan pada menit-menit akhir membuat gawang tim lain terancam.
Termasuk ketika Inggris memenangi laga penyisihan grup atas Argentina dalam balutan aroma perang Malvinas 1-0.
Namun, modal itu tidak cukup untuk mengantarkan Inggris meraih supremasi tertinggi. Mereka harus mengepak koper setelah tumbang menghadapi Brasil di babak perempat final yang akhirnya memastikan diri menjadi raja turnamen.
Bukan hanya itu cerita Sheringham bersama tim nasional. Ia juga sempat tersandung beberapa kontroversi ketika dia, Paul Gascoigne, dan Steve Mcmanaman kedapatan bermabuk-ria serta merusak salah satu kursi maskapai penerbangan ternama.
Lalu, pemain yang telah beberapa kali berganti pasangan itu juga sempat ketahuan sedang minum-minum di klub lewat jam malam di saat putaran final Piala Dunia oleh Glenn Hoddle.
“Saya sangat marah saat itu. Akan tetapi, dia punya karakter yang kuat. Ketika saya melihat dalam beberapa hari kemudian, hal itu sama sekali tidak memengaruhi latihannya,” ujar Glenn kepada Dailymail saat itu.
Itulah bukti bahwa Sheringham bekerja dengan keras dan bermain sama kerasnya.
Di usia 36 tahun, Teddy memutuskan untuk gantung sepatu dari timnas Inggris. Kerja kerasnya gagal membuahkan prestasi, namun ia telah menjadi inspirasi bagi banyak pemain masa depan Inggris.
Termasuk seorang bocah kelahiran Walthamstow bernama Harry.
Mesin Gol dari Tottenham
Bocah kecil yang memiliki nama depan Teddy Sheringham di tengah namanya, Harry Edward Kane, telah mencuri perhatian dunia melalui penampilannya bersama The Lily Whites.
Perjalanan karier Harry untuk berhasil tidaklah selalu mudah.
Saat kecil dan berusia 8 tahun, Harry pernah merasakan sakitnya ditolak oleh akademi sepak bola seperti Tottenham dan Arsenal.
Bahkan, saat ia sudah berhasil terjun ke klub profesional pertama, yakni Tottenham Hotspurs, Harry lebih sering dipinjamkan ke klub lain.
Namun, hal tersebut tidak membuat pemain yang mengawali karier sebagai gelandang bertahan ini putus asa.
Harry Kane terkenal sebagai pemain yang tekun dan juga pekerja keras.
Fans Spurs tentu tahu bagaimana kehidupan pemain ini apabila musim sedang berjalan.
Pemain yang menyukai golf ini tidak suka pergi ke klub. Ia menjauhi alkohol ketika liga sedang berjalan.
Harry Kane bahkan memiliki chef sendiri untuk mengurus nutrisi yang masuk ke tubuhnya. Benar-benar profesional sejati.
Dedikasi inilah yang mengantarkan Harry ke prestasi yang ia torehkan pada 2017. Ia disahkan sebagai pencetak gol tersubur di lima liga besar Eropa dengan 56 gol dari 52 pertandingan bersama klub dan negara.
Harry mengalahkan Lionel Messi, Cristiano Ronaldo, Robert Lewandowski, dan Edinson Cavani.
Bukan hanya nama di masa kini, Alan Shearer pun harus rela rekor 35 golnya di era PL tahun 1995 dikalahkan dengan total 39 gol Harry Kane pada 2017.
Harry Kane juga telah melampaui rekor Teddy Sheringham (97 gol) sebagai pencetak gol terbanyak sepanjang masa Spurs dengan 101 gol yang sudah ia kemas.
(Baca Juga: Bagi Pep Guardiola, Inggris Terasa Spesial Sekaligus Sangat Sulit)
Keganasan Harry Kane sebagai mesin gol ini jugalah yang membuatnya dijuluki “Harry Potter” oleh ESPN Amerika Selatan.
Tidak berlebihan tentunya apabila julukan penyihir karangan J.K Rowling ini disematkan pada Harry melihat statistiknya di 2017.
Kabarnya, Real Madrid sudah menyiapkan dana hampir 200 juta euro untuk mendatangkan jasanya ke Santiago Bernabeu musim depan.
Pada Januari 2018, Kane terpilih sebagai Pemain Terbaik Tim Nasional Inggris oleh Vauxhall setelah mencetak 7 gol dalam 6 penampilan terakhir bersama timnas di ajang Kualifikasi Piala Dunia dan laga uji coba.
“Bisa memainkan peran untuk membawa negaramu lolos ke putaran final Piala Dunia adalah mimpi setiap pesepak bola ketika muda,” kata Harry pada ESPN.
Kerja bagus sudah diawali Harry Kane. Tetapi, hal itu belum selesai sebab melampaui prestasi sang idola di tim nasional bukan perkara enteng.